Advertorial
Intisari-Online.com – Sebanyak 69 hotel dan vila di Kabupaten Pandeglang, Banten rusak akibat tsunami Selat Sunda, Sabtu (22/12) malam.
Data terbaru tersebut berdasarkan catatan Tourism Crisis Center (TCC) Kementerian Pariwisata.
"Amenitas di Pandeglang cukup banyak terdampak pasca tsunami tercatat 69 hotel dan villa rusak serta 60 warung makan dan toko rusak," kata Ketua TCC Kementerian Pariwisata, Guntur Sakti dalam siaran pers yang diterima KompasTravel, Selasa (25/12).
Menurutnya, dampak kerusakan terberat akibat tsunami Selat Sunda adalah homestay sepanjang Jalan Raya Tanjung Lesung ke arah Kecamatan Sumur.
Baca Juga : Ini Bedanya Tsunami dengan Gelombang Tinggi di Pantai
Data yang diterima tim Tourism Crisis Center (TCC) Kemenpar hingga Senin (24/12) pada Kabupaten Pandeglang dan Bufferzone Tanjung Lesung, daerah yang terdampak parah adalah pemukiman dan daerah tujuan wisata di Pantai Tanjung Lesung, Pantai Sumur, Pantai Teluk Lada, Pantai Panimbang, dan Pantai Carita.
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus melakukan monitoring pasca tsunami di Lampung dan Banten yang terjadi pada 22 Desember 2018 untuk memberikan informasi terupdate khususnya mengenai 3A (Atraksi, Amenitas, dan Aksesibilitas) di sekitar Banten dan Lampung pasca tsunami.
“Tim TCC terjun dan memantau langsung agar kami selalu update mengenai perkembangan kondisi disana, khususnya terkait wisatawan dan 3A terdampak.”
“Mudah-mudahan, itu semua akan membuat situasi semakin terang. Tidak banyak hoax, tidak menciptakan kepanikan, dan semua bisa melewati situasi ini dengan baik.” ujar Guntur.
Sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, hingga Selasa (25/12/2018) pukul 13.00, jumlah korban meninggal dunia akibat tsunami Selat Sunda meningkat menjadi 429 orang.
Baca Juga : 'Lalu Lautan Datang' Seketika Tsunami Tak Diundang Memporak-porandakan Pesta Pernikahan
Jumlah itu meliputi korban di 5 kabupaten, yaitu Kabupaten Serang, Pandeglang, Lampung Selatan, Pesawaran, dan Tanggamus.
Dari 5 kabupaten, daerah paling parah terdampak tsunami adalah Kabupaten Pandeglang.
Tercatat, korban meninggal dunia di wilayah ini paling banyak, yaitu 290 orang.
"Kalau dilihat dari tingkat kerusakan, Pandeglang paling parah, 290 orang meninggal dunia.”
“Lampung selatan 108 orang, Kabupaten Serang 29 orang, Pesawaran dan Tanggamus masing-masing 1 orang," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Selasa (25/12/2018).
Oleh karenanya, pemerintah daerah menetapkan status tanggap darurat bencana di Kabupaten Pandeglang adalah 14 hari, yaitu 22 Desember 2018 hingga 4 Januari 2019.
Sedangkan status tanggap darurat bencana di Kabupaten Lampung Selatan adalah 7 hari, terhitung 23 hingga 29 Desember 2019.
Baca Juga : Ini Alasan Sistem Peringatan Dini Tsunami Gagal Deteksi Tsunami Banten
Menurut Sutopo, masa tersebut bisa saja diperpanjang, tergantung dari kebutuhan penanganan bencana di lapangan.
Selain korban meninggal, tercatat 1.485 orang luka-luka, 154 orang hilang. BNPB juga mencatat, ada 16.802 orang yang mengungsi di sejumlah daerah.
Sutopo mengatakan, jumlah tersebut masih sangat mungkin bertambah seiring dengan proses evakuasi yang masih terus dilakukan.
Selain korban jiwa, tsunami yang terjadi Sabtu (22/12/2018) itu menyebabkan sejumlah kerusakan.
Tercatat, sebanyak 882 unit rumah rusak, 73 penginapan berupa hotel dan vila rusak, dan 60 warung rusak.
Selain itu, tercatat 434 perahu kapal rusak, 24 kendaraan roda 2 rusak, 41 kendaraan roda 2 rusak, 1 dermaga rusak, dan 1 shelter rusak. (Wahyu Adityo Prodjo/ Fitria Chusna Farisa)
(Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Tsunami Selat Sunda, 69 Hotel dan Villa di Pandeglang Rusak" dan "Korban Meninggal Tsunami Selat Sunda Bertambah Jadi 429 Orang")
Baca Juga : Selamat dari Tsunami Banten, 28 Orang Ditemukan di Tengah Lautan dan 1 Orang di Tengah Pulau