Intisari-online.com - Bencana tsunami Selat Sunda yang mengempas wilayah Provinsi Banten dan Lampung Sabtu (22/12/2018) lalu sempat menimbulkan polemik dan perdebatan.
Awalnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut kejadian itu sebagai gelombang tinggi yang disebabkan adanya bulan purnama yang menimbulkan gaya gravitasi tertentu.
Namun, BMKG kemudian merevisi pernyataannya dan mengubah gelombang tinggi menjadi tsunami setelah melakukan serangkaian analisis.
Beda pernyataan ini terjadi karena fenomena yang cukup membingungkan, perpaduan antara gaya gravitasi bulan purnama dan erupsi Gunung Anak Krakatau di tengah Selat Sunda.
Baca Juga : Beginilah Penampakan Kebun Ganja Senilai Rp19 Milliar yang Tersembunyi di Dasar Bumi
Padahal, menurut BMKG, Indonesia merupakan kawasan kepulauan yang memiliki potensi tsunami cukup tinggi, terutama bagi daerah-daerah yang menjadi titik pertemuan lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik.
Nah, jadi apa yang membedakan antara kedua jenis gelombang tersebut?
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR