Pada jarak ratusan mil dari pusat uji, jaringan listrik di jalan-jalan di Hawaii tiba-tiba padam.
(Baca juga: (Foto) Detik-detik Dramatis saat Pesawat-pesawat Pengebom Ditembak Jatuh Musuh saat Perang Dunia II)
Ledakan juga membuat perangkat radio di Australia, yang jaraknya amat jauh, bungkam.
Pemadaman tersebut tak lain terjadi akibat efek Compton.
Menurut teori yang dikembangkan Arthur Compton pada 1925 itu, energi elektromagnet yang dilepas radiasi sinar gamma dari bom nuklir rupanya akan memukul keluar elektron-elektron dari atom oksigen dan nitrogen di atmosfer.
Nah, kejutan medan listrik akibat banjir elektron dadakan di atmosfer inilah yang selanjutnya berpotensi membungkam peralatan listrik.
Sejumlah pihak mengatakan,militer AS telah memili E-Bomb yang dikembangkan dari bom hidrogen dan sempat akan digunakan untuk mengebom Korut pada 2017 lalu.
(Baca juga: Inilah Orang Paling Beruntung dalam Sejarah Manusia, Salah Satunya Pernah Dua Kali Selamat dari Serangan Bom Atom)
Secara teknologi, E-bomb sedikitnya tersusun dari dua komponen vital.
Pertama, silinder metal (disebut pula armature) berbalut koil atau strator winding yang akan berfungsi sebagai pembangkit gelombang elektromagnet.
Laiknya penghimpun listrik, strator winding tentu dilengkapi pula sederet kapasitor penyimpan listrik.
Sedang yang kedua, adalah bahan peledak daya tinggi sebagai penyembur gelombang elektromagnet.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR