Tangguh Majapahit perlu besi 13 kg, nikel 125 gram serta baja 4 ons. Tangguh Sendang Sedayu membutuhkan besi 15 kg, nikel 150 gram serta baja 4 ons.
Menurut Haryono Arumbinang, ahli metalurgi dan dosen fakultas pasca sarjana UGM yang juga tokoh Pametri Wiji, perkumpulan penggemar tosan aji Yogya, bahan pamor zaman dulu banyak mengandung timah putih, titanium, stibium, perak dan beberapa logam langka se perti magnesium, zirconium.
Sementara pamor sekarang hanya terbuat dari nikel. "Keris dulu lebih bagus karena bahan pamornya banyak mengandung titanium. Tapi konsekuensinya, untuk menyatukan bahan keris dengan pamornya harus melalui proses pembakaran sampai 1.500 ° C. Karena sifat titanium yang 4 sampai 5 kali lebih keras dibandingkan dengan baja serta tak mudah karatan."
Biasanya besi itu dipanaskan sampai mencapai suhu 1.100° C selama lebih kurang dua hari. Dari besi pilihan yang sudah dibentuk menjadi lempengan itu ditumpuk sampai berlapis-lapis bersama bahan nikel sebagai pamornya, dan selanjutnya ditempa, dilipat, dipuntir untuk mendapatkan pamor yang dikehendaki.
"Di samping untuk menyatukan, pembakaran ini berfungsi juga untuk mencuci besi (masuh) sekaligus membuang karat. Jadi jangan heran kalau sudah jadi, keris (duwung) yang berat mentahnya 8 kg jadi 4 kg," ujar Jeno.
Jumlah tumpukan besi – nikel ini bermacam-macam. Dari yang hanya 32 lapis (lima kali tekukan) seperti keris tangguh Blambangan, 250 lapis (tangguh Mataram), 2.024 lapis (tangguh Majapahit), sampai 4.096 lapis (tangguh Sendang Sedayu).
Setelah diperoleh lapisan yang dikehendaki, lempengan campuran itu kemudian dibentuk kodokan (berbentuk seperti katak) disatukan dengan baja yang berbentuk sama di tengahnya, lantas ditempa lagi sampai menyatu.
Baru kemudian proses pembentukan keris dilakukan sesuai dengan pesanan. Mau keris bentuk (dapur) bagaimana dan luk berapa. Dalam proses ini juga dilakukan pengikiran keris, agar bentuk pamor kelihatan.
Pada dasarnya pamor dibedakan atas pamor Jewalono dan Anukarto. Pamor Jewalono adalah pamor yang disainnya tidak direncanakan terlebih dulu sedangkan Anukarto desainnya sudah direncanakan sesuai dengan jenis pamor yang dikehendaki.
"Namun, ada juga pamor keris yang memakai metode gabungan keduanya, sebagai contoh pamor Udan Mas," tutur Arumbinang.
Melalui proses yang cukup rumit tersebut, sebuah keris bagus dan bertuah baru bisa selesai minimal 4 bulan. Lamanya waktu tersebut, tak hanya karena pekerjaannya sendiri tak gampang, tapi juga karena tak setiap hari si empu bekerja.
la akan bekerja kalau suasana hatinya cocok. "Kalau membuat keris pusaka saya selalu nyenyuwun (berdoa) dulu setiap kali mau mengerjakan. Bahkan tiap malam selalu disanding tidur," aku Jeno.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR