Pelabelan tersebut biasanya diberikan kepada wanita paruh baya yang lebih kaya dari kepala rumah tangga.
Baca Juga: Mengapa di Indonesia Kita Mengemudi di Lajur Kiri?
Baca Juga: Mengancam Akan Tembak Jokowi, Pemilik Akun @AchmadBassrofi Diburu Polisi
Wanita-wanita ini juga memiliki lebih sedikit anak daripada keluarga non-zhu.
Namun nampaknya, pelabelan ini dituduhkan atas dasar kecemburuan sosial pendapatan keluarga semata.
Sementara "penyihir" ini dikucilkan di komunitas mereka sendiri, para peneliti mengungkapkan bahwa mereka sebenarnya tidak kurang kooperatif dibanding keluarga non-zhu.
Baca Juga: Benarkah Tinggal di Korea Utara Itu Menyeramkan? Foto-foto Ini akan Menjawabnya
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR