Mereka berkata, “Kita tidak bisa melihatnya, tapi Ibu masih bersama kita. Ibu lebih dari sekadar ingatan. Ia selalu hadir dan hidup.”
Ibu kita selalu bersama kita. Ia adalah bisikan daun saat kita berjalan di jalan. Ia adalah bau pemutih di kaus kaki yang baru dicuci. Ia adalah tangan yang keren di alis kita saat kita tidak sehat.
Ibu tinggal dalam tawa kita. Dan ia mengkristal dalam setiap tetes air mata kita.
Ia adalah tempat asal kita, rumah pertama kita, dan ia adalah peta yang kita ikuti dengan setiap langkah yang kita ambil.
Ia adalah cinta pertama dan patah hati pertama kita, dan tidak ada sesuatu di bumi yang dapat memisahkan kita.
Bukan waktu, bukan ruang… bahkan kematian.
(Baca juga: Sempat Terpisah Lama Akibat Perang Dunia II, Suami Istri Tertua di Inggris Ini Rayakan Ulang Tahun Pernikahan ke-80)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR