Intisari-Online.com – Pada suatu hari, seorang anak berumur 4 tahun bertanya kepada ibunya, “Bu, kenapa setiap saya ulang tahun Ibu tidak pernah memberikan apapu sebagai hadiah ulang tahun?”
Ibunya hanya meneteskan air mata belum bisa menjawab, namun akhirnya berkata, “Nak, kau ‘kan masih kecil..”
Hari berlalu, dan si anak kini tumbuh semakin besar. Hingga suatu hari, saat anak ini hampir berumur 18 tahun, ia mengalami kecelakaan. Sang ibu sangat shock dan bergegas ke rumah sakit. Setibanya, seorang dokter berkata pada ibunya, “Maaf Bu, saya tidak yakin anak ibu bisa bertahan. Jantungnya terluka dan sangat kecil kemungkinannya untuk bertahan.”
Mendengar itu, ibunya langsung menghampiri anaknya. Anaknya yang terbaring lemas, berkata, “Apakah dokter tadi memberi tahu Ibu kalau aku akan segera mati?” Ibunya tak kuasa membendung air matanya, kemudian ia menggenggam tangan putranya sambil menangis.
Waktu berlalu. Anaknya yang sekarat dan siuman setelah dirawat lama di rumah sakit, pun sembuh. Tepat di hari ulang tahunnya yang ke-18 tahun, ia tersadar dan menemukan dirinya hanya bersama paman dan bibi, serta saudaranya di rumah sakit. Ketika diperbolehkan pulang dari rumah sakit dan tiba di rumahnya, ia mendapati secarik kertas di atas tempat tidurnya. Ia membuka pelan-pelan dan membacanya.
Surat itu adalah sepucuk surat bertuliskan tangan Ibunya, bunyinya, “Nak, ibu senang sekali jika akhirnya kamu bisa membaca surat ini. Karena dengan itu, ibu memastikan kamu baik-baik saja. Kamu masih ingat tidak ketika hari di mana kamu bertanya apa yang ibu berikan pada hari ulang tahun kamu yang ke-18, mungkin ketika itu ibu belum bisa menjawabnya. Pada akhirnya ibu bahagia bisa memberikan kamu hadiah yang tak ternilai. Ibu menitipkan jantung ibu padamu. Jaga baik-baik Nak. Selama tulang tahun penuh keberkahan ya. Ibu akan selalu ada di sekitap napasmu Nak, setiap doa yang kau sebutkan, Ibu akan selalu ada. Jagalah baik-baik Nak. Ibu mencintaimu.”
Anaknya pun menangis. Baru saja kemarin ditinggal ayahnya, sekarang sang ibunda pun menyusul telah tiada. Sedih…. karena memberikan jantungnya untuk sang anak.
Demikianlah, pengorbanan ibu kepada anaknya melebihi sayangnya kepada nyawanya sendiri. (KBS)