Tak hanya itu, dengan bernah naskah itu juga menggambarkan bagaimana gempa bisa memicu naiknya air laut hingga ke daratan.
Naiknya air laut itulah yang kini dikenal dengan tsunami.
(Baca juga: Dulu Dicampakkan, Kini Buah Ceplukan Harganya Selangit)
Namun, jauh sebelumnya, orang Aceh juga memiliki kosakata ïe beuna atau “air bah besar dari laut”.
Namun, kata ini tak lagi dipakai hingga kejadian tsunami 2004.
Smong, tsunami dalam istilah Simeulue
Selain Oman, nama lain yang menemukan manuskrip perihal tsunami Aceh adalah filolog dari IAIN Ar Raniry, Banda Aceh, Hermansyah.
Ia menemukan “Naskah Gempa dan Gerhana Wa-Shahibul” dalam kitab Ibrahim Lambunot, koleksi Museum Negeri Aceh.
Naskah itu menyebutkan tentang smong yang terjadi pada 1324 H atau 1906 M.
“Smong” adalah bahasa Simeulue yang berarti “naiknya air laut setelah gempa”.
Di Pulau Simeulue, pengetahuan tentang smong ini masih lestari dan terbukti menyelamatkan warga saat tsunami 2004.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR