(Baca juga: Hari Radio Nasional: Perebutan Pemancar Radio, Salah Satu Perjuangan Terberat para Pejuang Setelah Proklamasi)
Waktu dipergunakan untuk mengerahkan tentara dalam gerak serang mundur gerilya tidak terbatas tempat wilayah. Maka ketika ia menyerah kepada Jenderal de Kock syarat utama ialah perlakuan secara militer dan kebebasan bergerak dengan pasukannya.
Sumatera Barat ditunjuk oleh Belanda sebagai tempat pengasingan untuk Sentot dan pasukannya.
Justru disebabkan oleh kebebasan bergerak Sentot sebagai panglima mengadakan hubungan dengan pemimpin-pemimpin Paderi di Bonjol.
Gerak-dinamis pribadi Sentot tidak dapat membatasi diri menjadi panglima pasukan parade pajangan pemerintah Belanda.
Ia ingin bergerak seperti sediakala dengan gerak kilat merantau di medan perang untuk melawan pasukan-pasukan Belanda.
Perpaduan dinamikan perang Diponegoro dengan dinamika perang Paderi dapat dicegah oleh Belanda.
Sentot diasingkan ke Bengkulu, tanpa pasukan, tanpa kawan berjuang hanya dengan keluarga. Perubahan itu adalah perubahan dahsyat, bukan saja perubahan lingkungan kehidupan oukan pula hanya perubahan wewenang bergerak!
Sentot harus mengalami perubahan jiwa, perubahan rohaniah secara total, secara mutlak.
(Baca juga: (Foto) Sepatu-sepatu di Museum Sepatu Bata Ini Tak Hanya Unik, Tapi Juga Penuh Nilai Sejarah dan Perjuangan)
Ia bukan panglima dengan pasukan-pasukan yang senantiasa berada dalam gerak hidup ketenteraman: latihan perang-perangan.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR