Sedangkan mulai dari Anyer, melalui Serang dan Tangerang menuju Jakarta misalnya, terdapat 14 "stasion pos", tempat kuda pos diganti.
Dari 14 "stasion pos", delapan berada di Karesidenan Banten. Sementara di Serang dan Tangerang didirikan penginapan tempat untuk makan dan bermalam.
Mulai bangkrut, dipanggil pulang
Pembangunan jalan pos dan pengaturan administrasi tanah jajahan tentu butuh biaya.
Sementara ekonomi Belanda makin bangkrut, tidak mampu lagi mengirimkan dana pembangunan buat Daendels.
Memaksa Daendels menyetujui proyek peningkatan hasil pertanian, khususnya perkebunan kopi, gula, dan nila yang laris diekspor.
Belanda memberlakukan monopoli perdagangan, meski jalur pelayaran ke Eropa (khususnya lewat Laut Jawa) nyaris diblokade Angkatan Laut Inggris.
Sayangnya, perhatian terhadap nasib petani tidak ada sama sekali.
Bahkan penduduk Eropa dan Cina (jumlahnya sekitar 400.000 orang dari total 4,6 juta penduduk Jawa - perkiraan Raffles pada 1813) diwajibkan memberikan sumbangan dengan memberikan garansi barang dagangan tokonya.
Daendels juga mengharuskan adanya uang kertas dengan nominal kecil, sambil menetapkan beberapa peraturan darurat lainnya.
Lepas dari kekejamannya, Daendels tercatat sebagai pendiri jawatan pengairan dan kehutanan, yang bertugas mengawasi penebangan kayu di hutan.
Pemerintahnya juga mengatur kebijakan pengadaan kayu untuk kapal besar, atau untuk industri konstruksi kapal kayu yang sibuk menyediakan cadangan kapal, akibat seringnya gangguan bajak laut.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR