Dalam dakwaannya, Collina juga dianggap membuat kesalahan saat memimpin partai AS.Roma melawan Bologna, Modena, Brescia, Lazio, Perugia, Piacenza, dan Parma.
Peristiwa yang menurunkan kredibilitas Collina itu membuka mata, wasit berdedikasi tinggi dan intelek sekelas Pieriuigi pun bisa berbuat salah.
Belakangan, malah bukan cuma Roma yang bersuara senada. Mulai habiskah Collina? Melihat penampilannya di Piala Dunia, mestinya tidak.
Dia tetap pengadil yang akurat. Di Italia pun, hingga Januari 2003 (lepas dari kinerjanya), Collina tetap sosok favorit Asosiasi Wasit Italia.
Wasit yang berdomisili di Viareggio ini tetap mendapat "jatah" lebih banyak ketimbang hakim-hakim lainnya.
Jadi, apa kira-kira penyebab datangnya protes terhadap Collina di Italia? Banyak yang menduga, menurunnya kinerja "Mr. Kojak" itu bukan semata lantaran bertambahnya usia.
Tapi juga kejenuhan dan preferensi pada klub tertentu yang secara alamiah dimiliki setiap pencinta sepakbola, termasuk wasit.
Malang melintang bertahun-tahun di dunia perwasitan jelas bukan pekerjaan yang tak menjemukan.
Sebagai pengadil kelas dunia, Collina sudah mendapatkan semuanya. Ia barangkali butuh tantangan baru.
Kolomnis Italia Gabriele Marcotti pernah menyebut sebuah pendekatan menarik untuk memperbaiki kinerja wasit.
Terutama mereka yang berkiprah di kompetisi lokal nan ketat, seperti Seri A atau Premier League. Yakhi dengan saling bertukar wasit, terutama buat partai-partai berpotensi konflik tinggi.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR