Advertorial
Intisari-Online.com – Tanaman pembawa rezeki dan keberuntungan. Begitulah julukan yang disandang euphorbia. Apa iya sih?
Seorang kawan berkelakar kalau tanaman euphorbia ini memang membawa rezeki dan keberuntungan.
Namun, bukan rezeki bagi si pembeli, tapi penjualnya. Terang saja kalau melihat meledaknya penjualan euphorbia akhir-akhir ini. Itu jelas rezeki bagi si penjual.
Ihwal mengapa tanaman ini dipercaya membawa keberuntungan bagi pembeli itu berasal dari bentuk bunganya yang seperti angka delapan.
Di kalangan masyarakat Cina angka delapan dipandang sebagai angka pembawa hoki.
(Baca juga:Obat Dulunya Pengusir Roh Jahat)
Namun, selain membawa simbol keberuntungan, bentuk bunga euphorbia itu sendiri memang unik: bundar mirip dua kipas yang disandingkan secara vertikal.
Di Cina euphorbia tak melulu ditanam tunggal dalam pot sebagai penghias teras. la juga dimanfaatkan sebagai elemen taman.
Lain di Cina, lain di Bangkok, Thailand. Masyarakat di Negeri Gajah Putih ini percaya kalau euphorbia bisa untuk menangkal roh jahat atau menolak bala.
Kepercayaan itu pun ikut berhembus sampai ke negeri kita. Jangan-jangan itu cuma gara-gara duri yang menempel di batangnya?
Bunga jadi daun
Meski digadang-gadang di Cina dan Bangkok, asal mula euphorbia sesungguhnya dari Madagaskar dan Afrika. Namanya berasal dari nama ahli bedah asal Yunani, Euphorbus, tabib Raja Afrika Utara, Juba II.
Si tabib sering menggunakan getah euphorbia yang mirip cairan putih susu sebagai bahan dasar ramuan yang dibuatnya.
Dari daratan Afrika euphorbia yang termasuk keluarga Euphorbiaceae itu kemudian menyebar ke penjuru dunia.
la pun lalu dikenal dengan berbagai nama, seperti chin lin hwa di Taiwan, pak sien hwa di Cina, atau bunga dewa di Indonesia.
Kini sudah ada sekitar 2.000 spesies euphorbia di dunia, mulai dari yang berupa tanaman rumput hingga pohon. Seluruhnya selalu bergetah dan memiliki struktur bunga yang khas.
Bentuk batangnya lurus ke atas dengan ranting-ranting kecil dari batang terendah. Di antara dedaunan yang berbentuk lonjong, muncul dompolan bunga dengan warna-warna yang menarik hati.
Merah, kuning, dan pink. Di Bloomfield Nursery, Bogor, warna-warna yang ditawarkan lebih beragam, seperti putih dengan semburat merah muda, ungu muda, hijau bercorak putih, kuning muda bebercak merah, ungu muda bebercak tipis warna putih, dan sebagainya.
Sebetulnya, ada dua macam euphorbia jika dilihat dari bentuk bunganya: kecil dan besar. Besar-kecilnya bunga bisa dilihat pada daunnya. Bila daunnya kecil, maka jenis bunganya pun kecil.
Yang juga unik dari bunga euphorbia yaitu lamanya bunga memamerkan keindahannya.
"Rata-rata sembilan bulan lamanya. Yang berwarna kuning malah bisa setahun," jelas Awang, salah seorang petani dari An-Nisa Nursery, di kawasan Rawabelong, Jakarta Barat.
Setelah lewat masa berbunga, masih ada keunikan lain. "Perlahan-lahan bunga menjadi daun," kata Lina, petani euphorbia di kawasan Kebayoranlama, Jakarta Barat.
Bayangkan, dari beraneka warna bunga berubah diri baik bentuk maupun warna.
Dengan keunikan dan klaim keberuntungan, saat ini euphorbia masuk tiga besar tanaman hias yang diburu peminat. Di beberapa tempat persemaian yang menjual beragam tanaman hias, euphorbia menjadi primadona.
"Sampai sekarang euphorbia masih di urutan teratas yang paling banyak dicari.
Sedikitnya, seminggu ada satu orang pembeli, tetapi ia bisa memborong 4 - 5 tanaman. Termasuk yang seharga Rp 5 juta," terang Lina.
Menurut Lina pula, warna yang paling banyak dicari yaitu warna-warna terang seperti kuning, merah, dan campuran antara warna putih dan merah, hijau dan merah muda, serta putih dengan corak garis-garis muda.
Warna-warna itu turut menentukan harga. Untuk ukuran 15 cm hasil ovulasi warna-warna terang bisa mencapai Rp 150.000,-. Untuk tinggi yang sama tapi hasil setek ditawarkan seperlimanya.
"Harga lebih mahal karena perawatannya agak berbeda dengan setekan. Bisa tumbuh 15 cm setelah masa rawat lima bulan," imbuh Lina.
Sementara di An-Nisa Nursery milik Ukay Saputra hasil setek setinggi 10 cm dilepas dengan harga Rp 35.000 - 50.000,-, tanpa membedakan warna. Kalaupun ada sedikit perbedaan harga, lebih karena terbatasnya kesediaan warna pada saat itu.
Bisa mencapai 4 m
Cara umum yang dipakai untuk 4 euphorbia dengan setek. Namun, masih ada cara lain, yakni dengan cangkok, ovulasi, atau bijinya.
Perbanyakan dengan biji jarang dilakukan sebab, "Kami tidak melihat bagaimana bentuk asli indukannya. Sering hasilnya diklaim akan seperti induknya, tapi setelah disemai ternyata berbeda," ujar Awang.
Pilihan jatuh pada setek semata agar hasilnya mirip indukannya. Jika ingin memperbanyak dengan cara setek, materinya harus diambil dari ranting yang tumbuh di bawah.
Setelah dipotong, getah harus dikeringkan, lalu taruh di sebuah pot besar. Begitu keluar akar-akar baru, baru disemaikan di tempat terpisah. "Jangan sesekali menyetek dari ranting atau batang di tengah, sebab akan mati.
Kecuali untuk mencangkok, bisa diambil dari tengah batang. Setelah keluar akar, baru dipisahkan dari tanaman induk," sarannya.
Pilihan ovulasi dilakukan oleh Una dan suaminya, Mufrot. Cara ini mereka pilih agar ada variasi baru sehingga pembeli tak bosan.
Jika diperhatikan, beraneka warna euphorbia berada di atas batang pohon yang berbeda. Batang yang dipakai berasal dari pohon sesuru, yang masih satu keluarga euphorbia.
"Setelah ditempelkan, dibungkus dengan plastik bening. Biarkan daun-daunnya layu, dan rontok semuanya. Setelah itu akan muncul daun-daun baru. Sekitar satu bulan, plastik dapat kita lepaskan," kata Lina.
Setelah dipupuk sesuai dengan komposisi, disiram, dan dirawat sebagaimana mestinya, bunga-bunga euphorbia pun akan bermunculan.
Hasil kerja keras Lina dan suaminya dapat kita lihat di halaman kebunnya. Dijamin, orang yang lewat di depan kebunnya akan menoleh ke deretan pohon euphorbia setinggi 3 - 4 m.
Lo, tanaman euphorbia kok bisa setinggi 3 - 4 m? Bisa. Untuk memperoleh euphorbia setinggi itu ada caranya. Dengan grafting, istilahnya. Syaratnya, kita mesti sabar karena butuh waktu.
Secara perlahan dan hati-hati sekali, ranting atau batang pohon yang akan ditempeli euphorbia dipotong berbentuk huruf V Batang pohon jenis euphorbia yang sudah dipotong lancip siap ditempelkan di ranting atau batang berbentuk V tadi.
Perawatan euphorbia tidak terlalu manja. Asal komposisi media tanamannya seperti sekam bakar, serbuk sabut kelapa, pasir sungai, dan zeolit diperhatikan sudah cukup.
Juga tak perlu banyak air. Kalau kebanyakan malah bisa busuk. "Tapi bunganya harus mendapat sinar Matahari yang cukup. Cabang-cabang euphorbia yang tak produktif tidak langsung dibuang, tetapi ditanam di pot tersendiri," saran Lina.
Selain penampilan, tanaman ini sangat adaptif. Euphorbia dapat berkembang di berbagai ketinggian, baik dataran rendah maupun dataran tinggi.
Tak heran jika kita menyaksikan bunga-bunga euphorbia yang lebih besar pada tempat persemaian Bloomfield Nursery yang letaknya lebih tinggi ketimbang Jakarta.
Muncul jenis baru
Kesukaan masyarakat akan euphorbia terus menanjak sejak digelar pameran Flona 2003.
Penggemarya pun makin meluas, tak hanya di kota-kota besar seperti Jakarta, tetapi juga sampai ke daerah seperti Aceh, Medan, Tanjungmorawa, Batam, Balikpapan, Pontianak, Manado, Bali, dan Lombok.
Sebelum terkena bencana tsunami, Aceh merupakan pangsa terbesar. "Hampir di setiap rumah terdapat euphorbia," tutur Awang.
Para petani euphorbia yakin, tanaman ini masih bertahan dua tahun ke depan, asal masih muncul jenis-jenis baru. "Selama masih ada jenis baru, orang masih mau," kata Awang yang mengaku selalu membeli jenis-jenis baru pada Godong Ijo Nursery di Parung, Bogor.
Hanya saja ia harus siap menyediakan minimal 100 ribu tanaman untuk satu jenis euphorbia.
Agar kekaguman terus muncul, jenis-jenis baru dilempar ke pasaran. "Dari segi penampilan lebih bagus karena dompolan bunga semakin banyak. Kalau sebelumnya bunganya menjuntai, kini lebih pendek. Dompolan bunga-bunganya tidak jauh dari daun, dengan tiap dompolan ada 16 - 32 kuntum bunga. Karakteristik bunganya pun lebih tebal sehingga tidak mudah rontok," tutur Awang.
Dengan dompolan bunga yang makin banyak, euphorbia terkesan rimbun oleh bunga. Namun, jenis ini sulit didapat sebab tergantung pada perawatan dan karakteristik bunga.
Maka, jenis lama pun masih diburu. "Yang diburu umumnya jenis yang didominasi warna merah," Awang menambahkan.
Selain melakukan perbanyakan generatif dan menyemaikan bijinya, upaya memperbanyak variasi euphorbia dilakukan dengan mengimpor euphorbia dari Thailand dan Taiwan.
Maka, di Bloomfield misalnya, muncul jenis-jenis baru seperti chain reaction, angel dust, chamellion, star red, rainbow, mirage, atau eternal flame.
Ya, namanya juga impor, nama-namanya pun masih nama impor!
Kalau kesukaan masyarakat akan euphorbia terus berlanjut, bukankah rezeki pekebun akan terus mengalir? Jadi, benarlah kelakar kawan tadi. (Nis Antari)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juni 2005)