Intisari-Online.com -Abdul Halim al-Attar bukan siapa-siapa seandainya tak bertemu dengan aktivis sekaligus jurnalis dari Norwegia, Gissur Simonarson. Ia akan tetap menjadi pengungsi Suriah yang berkeliaran di Beirut, Lebanon sembari menjajakan pena dan menggendong putrinya.
Setelah mengabadikan momen tersebut, Gissur Simonarso menyebarkannya melalui sebuah sosial media. Lewat sosial media itu Gissur juga menggalang dana untuk si penjual pena beserta anaknya. Tanpa disangka dalam satu jam pertama saja uang yang telah terkumpul mencapai AS $5.000. Hingga akhirnya mencapai sekitar AS $190.000, dan terus mengalir sampai penggalangan dana di tutup.
Melalui bantuan dari masyarakat dunia Abdul dan kedua anaknya, Abdullelah dan Reem, dapat merubah hidupnya menjadi lebih baik. Abdul juga mendonasikan sebagaian uang hasil penggalangan dana untuk membantu pengungsi Suriah lainnya. Ia merasa sangat beruntung dibandingkan dengan pengungsi Suriah lainnya.Abdul bersyukur pada Tuhan dan mengucapkan terima kasih, pada setiap orang di belahan dunia lain yang mendonasikan uangnya. Dana itu telah mengubah kehidupan, tak hanya dirinya, namun juga pengungsi Suriah lainnya. Dari uang itu ia telah memiliki bisnis di Beirut dan mempekerjakan 24 pengungsi Suriah. Bermula dari sebuah toko roti, bisnisnya melebar menjadi toko kebab dan sebuah restoran kecil. Abdullelah pun kini dapat menginjakkan kakinya di sekolah setelah tiga tahun terhenti.“Aku bukan pengemis. Aku tidak mengejar mobil dan mengemis. Tidak, aku hanya seorang penjual pena, dan dunia melihatku.” ujarnya.