Advertorial
Intisari-Online.com -Tak hanya pribumi, pertempuran 10 November 1945 di Surabaya juga melibatkan orang-orang Tionghoa.
Selain mengabarkan melalui radio kemunitasnya menggunakan bahasa Inggris, mereka warga etnis Tionghoa di Surabaya juga turun di medan laga dalam wadah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Chungking.
Bersama laskar-laskar lainnya seperti Hizbullah, Tentara Keamanan Rakjat, Sabilillah, dan Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia pimpinan Bung Tomo, TKR Chungking bahu membawa mengusir NICA dari tlatah Surabaya.
(Baca juga:Radio Perjuangan Bung Tomo Itu Telah Sirna)
Dalam buku Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran: Sejak Nusantara sampai Indonesia yang ditulis Iwan Sentosa, dalam pertempuran terbesar pasca-proklamasi ini, TKR Chungking membawa bendera Kuo Ming sebagai identitasnya.
Berbeda dengan laskar-laskar yang lain, TKR Chungking sudah menggunakan Fritz Helmet yang digunakan pasukan Jerman, lengkap dengan senapan Karaben (Kar) 98-K yang didapatkan dari Nazi Jerman pada 1930-an.
Pada hakikatnya, kemerdakaan yang diproklamirkan oleh Sukarno dan Hatta di Menteng, Jakarta Pusat, tak hanya dinantikan oleh Pribumi, tapi juga oleh warga Tionghoa.
Bagaimanapun juga, mereka mengalami masa-masa sulit selama masa kolonialisasi.
Nah, ketika Indonesia coba direbut kembali oleh Belanda—melalui NICA—orang-orang Tionghoa tidak mau tinggal diam. Mereka memilih berjuang bersama, salah satunya dengan membantu TKR Chungking.
TKR Chungking bukan laskar yang sembarangan.
Masih dalam buku yang sama disebutkan bahwa laskar ini sukses membuat tentara NICA kesulitan—terlebih karena laskar ini memiliki senjata yang mumpuni juga kemampuan perang yang di atas rata-rata laskar-laskar lainnya.
Selain tergabung dalam front-front depan, TKR Chungking yang dipimpin oleh Tse An Hui, juga terlibat dalam memberi bantuan medis.
Ini masih diperdebatkan, tapi beberapa sumber mengatakan bahwa mereka juga menginisiasi berdirinya beberapa posko pengobatan.
Dilansir dari Merdeka.com, setidaknya mereka mendirikan 10 posko dengan 10 dokter dan tenaga medis lainnya.
(Baca juga:Seks yang (Masih) Berselaput Mitos: Bongkok Udang dan Mitos Etnis Tertentu)
Pembiayaannya sendiri ditanggung oleh organisasi Chung Hua Chung Hui. Selain itu warga Tionghoa juga mendirikan Barisan Palang Merah Tionghoa.
Hingga kini belum ditemukan berapa angka pasti korban tewas dalam huru-hara ini.
Tapi perkiraannya adalah antara 6.000 sampai 16 ribu tentara yang tewas dalam pertempuran ini—termasuk di antaranya sekitar seribuan dari TKR Chungking.