Intisari-Online.com -Perayaan Imlek di Indonesia tak pas rasanya jika tidak menyinggung kulinernya. Tidak tiba-tiba ada berbarengan dengan kedatangan etnis Tionghoa di Indonesia, kuliner ini mengalami proses yang panjang, yang bercampur dengan tradisi kuliner lokal. Hasilnya, di beberapa daerah, kuliner itu serupa tapi tak sama.
Helen Ishwara dalam artikelnya Aneka Rupa Masakan Peranakan menyebut, ada kemungkinan, tradisi kuliner peranakan Tionghoa berawal dari ketidakcocokan pendatang Tionghoa yang tidak membawaserta istri-istrinya dengan kuliner lokal, sementara untuk memasak masakan asli Tionghoa tidak ada bahannya.
Para pendatang ini lantas membuat makanan-makanan asli mereka dengan bahan-bahan lokal. Apalagi beberapa dari mereka melakukan pernikahan dengan perempuan-perempuan lokal.
Pertengahan abad ke-19, ketika kondisi ekonomi dan transportasi mulai membaik, para imigran membawa serta istri dan anak mereka ke Nusantara. Lalu terbentuklah kelompok “kaum Tionghoa totok”. Budaya, bahasa, dan makanan mereka, sama sekali berbeda dengan Tionghoa peranakan. Helen menyebutnya “serupa tapi tak sama”.
Keragamaan ini, ditambah juga dengan selera pribadi, menyebabkan makanan mereka yang namanya sama bisa berbeda bahan dan rasanya. Berikut beberapa contohnya:
Opor bagi peranakan Tionghoa di Jawa Tengah adalah makanan Jawa berupa ayam atau daging yang dimasak sampai cukup asat dengan santan dan bumbu-bumbu. Sementara, bagi sesama mereka yang berada di tempat lain, opot ayam adalah masakan berkecap seperti semur. Opor ayam di Bangka lebih mirip dengan makanan yang disebut ayam kodok atau ayam cabut tulang di Jakarta.
Lupia atau lumpia juga sangat bervariasi. Lumpia padang biasanya disebut popia. Bahan utamanya irisan bengkoang dan kadang-kadang ditambhi sedikit wortel, diberi udang, daging ayam/babi, tahu, terlur, kecam asin, dan sedikit saja kecap manis. Lumpia di Jakarta memakai bengkoang, taoge, tahu, daging ayam/babi dan udang, kecap, tanpa daun selada, dan ulasan cabai.
Tapi peranakan Tionghoa di Semarang merasa aneh dengan bengkoang di lumpia. Bahan utama isi lumpia mereka adalah irisan rebung yang baunya khas, dan jauh lebih manis dari lumpia padang atau jakarta.
Tidak hanya berlaku untuk opor dan lumpia saja, beberapa makan seperti bacang, di tiap daerah juga berbeda satu dengan yang lain.Sumber: Peranakan Tionghoa Indonesia (2009)