Advertorial

Duh, Membenci Kok Dijadikan Kebiasaan, Itu Racun yang Merusak Hidup Lo

Ade Sulaeman

Editor

Intisari-Online.com - Sebetulnya kita tidak ingin membenci, namun hati selalu berkata untuk membenci, itulah tandanya kita sudah kecanduan untuk membenci.

Situasi ini mungkin saja terjadi karena kita tidak belajar untuk mengatasi kebencian kita sejak awal.

Misalnya kita menolak untuk memaafkan demi melindungi harga diri kita.

Dan karena selalu mempraktekkan itu, kita menjadi terbiasa untuk menyimpan kesalahan orang lain, marah, dan membenci.

Kita anggap itu jalan terbaik untuk mengatasi masalah.

Sayangnya, kondisi tersebut bisa terus menetap. Kita menjadi mudah marah, cemburu, membenci, dll.

Akibatnya, kita tidak dapat menjalani hubungan yang awet dengan orang lain.

Kita selalu merasa menjadi korban dan orang lain lah yang bersalah.

Ketika kita membenci orang lain, kita selalu menempatkan diri kita sebagai korban.

Tapi benarkah memelihara sikap seperti itu perlu dipertahankan? Tentu tidak.

Terus membenci dan tidak memaafkan orang lain memang membuat kita merasa kuat dan superior, namun semuanya itu semu.

Justru kita menjadi terbelenggu dan tidak mampu hidup dengan lega.

Satu-satunya cara untuk lepas dari kebencian adalah belajar memaafkan.

Karena justru sebenarnya kekuatan diri kita bisa dilihat dari kemampuan kita untuk mengampuni.

Ingatlah bahwa memaafkan akan membuat kita lega. Melepaskan kebencian akan membuat kita merasa lebih plong dan damai.

Menyimpan marah dan benci karena kesalahan orang lain bukan menyakiti mereka, tapi justru menyakiti diri kita sendiri.

So, pengampunan adalah jalan keluar dari semua persoalan itu. Namun untuk semua itu, pilihan dan keputusan ada di tangan kita sendiri.

Ada Orang yang Membenci Anda Tanpa Alasan? Jangan Terlalu Galau, Itu Sudah Hukum Alam

Siapapun yang pernah mencetuskan kalimat “kita tidak bisa menyenangkan semua orang” perlu diacungi jempol.

Sebab ia sudah mengerti bagaimana kehidupan dunia ini berjalan.

Tidak bisa dipungkiri ketika kita hidup, akan ada orang yang menyukai kita dan ada pula yang membenci kita.

Contohnya seorang atasan atau pemimpin pemerintahan, cara kepemimpinannya pasti ada yang pro ada pula yang kontra.

Karena itu kita perlu menyadari, tidak mungkin semua orang bisa menyukai kita, tidak mungkin juga semua orang membenci kita. Itulah yang disebut hukum alam.

(Inilah Ciri-ciri Orang yang Hidup Tanpa Kepalsuan)

Anda berbuat baik, belum tentu semua orang menganggap Anda baik. Begitu pula sebaliknya. Jadi bagaimana menghadapi situasi seperti ini?

Pertama, sadarilah bahwa hidup kita, kitalah yang bertanggung jawab. Sehingga kita perlu menjalani hidup dengan sebaik-baiknya.

Kedua,berhentilah hidup berdasarkan pandangan dan perkataan orang lain. Jadilah diri sendiri dan tetap upayakan memperbarui sikap hidup dari hari ke hari.

Ketiga, belajarlah menutup telinga pada perkataan dan perlakuan yang tidak membangun.

Seperti dilansir pada Hufftingtonpost, ketiga hal tersebut akan berdampak baik bagi kita.

Apa manfaatnya jika kita melalukan ketiga hal tersebut?

1. Pikiran jadi lebih tenang

Kadang kita terlalu galau memikirkan tanggapan dan pendapat orang lain akan hidup kita. Akibatnya pikiran kita menjadi rumit.

Cobalah untuk berhenti bergantung pada apa kata orang lain.

Saring perkataan dan perlakuan apa yang perlu kita pikirkan. Niscaya kita menjadi lebih rileks dan tidak khawatir.

2. Lebih nyaman dalam situasi sosial

Ketika kita berhenti memikirkan penilaian orang lain terhadap hidup kita, kita akan memiliki lebih banyak waktu untuk bersosialiasi dengan orang lain.

Kita juga tidak ambil pusing terhadap tanggapan dan penilaian orang lain saat berbicara, sehingga pembicaraan bisa menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.

3. Tidur semakin berkualitas

Jika kita terus memikirkan “mengapa orang melakukan hal ini padaku?” “Mengapa ia membenciku?” dll, pasti kita sulit tidur.

Cobalah untuk berhenti memikirkan apa kata orang tentang hidup kita. Pikiran tenang, tidur pun nyenyak.

Artikel Terkait