Advertorial
Intisari-Online.com – Disfungsi ereksi berarti ketidakmampuan untuk mengalami ereksi meski memiliki dorongan seksual.
Bagi pria, ereksi adalah hasil rangsangan fisik atau mental yang membantu pria untuk berhubungan seks, penetrasi saat melakukan hubungan intim.
Namun, ketika seorang pria menderita disfungsi ereksi atau DE, ia gagal mencapai dan mempertahankan ereksi.
(Baca juga:Pistacio, Si Kacang Ketawa nan Renyah yang Mampu Atasi Disfungsi Ereksi)
Hal ini bisa menimbulkan kegelisahan, mempengaruhi hubungan, dan sering membuat pria frustasi.
Secara umum, ketika seseorang terangsang, otak mengirimkan sinyal melalui jaringan saraf ke penis untuk membuka pembuluh darahnya hingga penuh kapasitasnya.
Penis terdiri dari dua kolom jaringan yang disebut corpus cavernosum yang membentang di sepanjang organ dan membawa dua arteri utama.
Kolom lain dari jaringan yang disebut corpus spongiosum ditempatkan dibawah corpus cavernosum dan membentang di sepanjang bagian depan penis dan memiliki labirin pembuluh darah dan saraf.
Uretra yang terbuka di ujung penis berjalan melalui corpus spongiosum yang mengeluarkan urine dan air mani setelah ejakulasi.
Begitu otak mengirimkan sinyal, arteri di corpus cavernosum terbuka dan darah mengalir melalui arteri dengan lebih cepat.
Ini memampatkan pembuluh darah dan menciptakan tekanan pada corpus cavernosum yang memperbesar penis dan membantu mencapai dan mempertahankan ereksi.
Tapi jika proses ini terganggu maka penis gagal ereksi.
Kegagalan ereksi juga bisa dikaitkan dengan berbagai alasan seperti stres, kecemasan kinerja, berada di bawah pengaruh alkohol dan merokok, jika terlalu sering bisa menjadi tanda disfungsi ereksi.
Biasanya mempengaruhi pria berusia 40-an dan seterusnya. Penyebab DE yang paling umum, seperti dilansir dari thehealthsite adalah:
Aliran darah yang tidak adekuat ke penis
Ini adalah penyebab DE yang paling umum dan juga bisa menyerang pria di bawah usia 40 tahun. Tekanan darah tinggi, kolesterol, penyakit kardiovaskular, dapat membuat arteri tersaring (bahkan di penis) yang mempengaruhi aliran darah dan pria akhirnya gagal mengalami ereksi. Mengendalikan tekanan darah bis amembantu melawan DE.
Otak gagal memberi isyarat
Jika seorang pria menderita kondisi seperti penyakit Alzheimer, multiple sclerosis, penyakit Parkinson, ini bisa menyulitkan otak untuk mengirim sinyal yang tepat ke organ reproduksi untuk mencapai ereksi meski ada dorongan seksual.
(Baca juga:Memotong Penis Anaknya Sendiri yang Masih Kecil, Ibu Ini Dinilai Salah Melampiaskan Balas Dendamnya)
Rusaknya jaringan ereksi
Jika seoran gpria telah mengalami terapi radiasi atau operasi lain yang mungkin telah merusak jaringan di penis, juga bisa mempengaruhi ereksi.
Untuk mendapatkan perawatan
Kabar baiknya, sudah cukup banyak pilihan pengobatan yang tersedia untuk mengobati DE. Pengobatan atau terkadang beberapa perubahan gaya hidup dapat membantu membalikkan kondisi dan menikmati kehidupan seks yang mulus.