Intisari-Online.com - Obat kuat kerap dipandang sebagai jalan keluar paling mujarab dalam menangani disfungsi ereksi. Padahal, obat-obatan hanya sebagian dari terapi untuk mengobati disfungsi ereksi (DE).
Dalam sebuah sesi konsultasi, Susi (36) mengeluh mengenai performa suaminya di atas ranjang. Meski sudah diberi Viagra, suaminya masih tak berdaya menghadapi Susi.(Baca juga: 7 Hal yang Bisa Dilakukan oleh Pria agar Ereksi Lebih Baik)
Kala itu sang dokter bertanya, “apakah sang suami mendapat rangsangan seksual setelah diberi Viagra?” Susi menggeleng. Rupanya, hal tersebut yang membuat sang suami tetap loyo meski diberi pasokan Viagra.
Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila Sp. And dalam bukunya yang berjudul Menguak Disfungsi Ereksi menuliskan kalau cara kerja sildenafil (Viagra) sangat bergantung dari nitric oxide. Nah, nitric oxide ini baru muncul jika ada rangsangan seksual. Jadi, Viagra, berapa pun jumlah yang dikonsumsi, tak akan bekerja tanpa rangsangan seksual.
Pakar andrologi dari Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk, Dr. Heru Oentoeng Sp. And, menjelaskan kalau terapi seks untuk disfungsi ereksi tak sekedar menenggak obat. Terapi tersebut dilakukan secara menyeluruh.
“DE itu kan akibat dari sesuatu. Nah, sesuatu itu yang harus ditelusuri dan ditangani,” ujar Heru.(Baca juga: Bagaimana Mempertahankan Ereksi yang Keras?)
Proses pencarian penyebab itu dimulai dari bertemu pasien untuk mengetahui keluhan, pemeriksaan fisik, sampai pemeriksaan laboratorium seandainya diperlukan. Sisi psikis pun turut ditelusuri karena banyak kasus DE berasal dari beban pikiran.
“Kalau masalahnya ada di pikiran, mau diberi Viagra terus juga percuma. Selama beban pikiran itu masih ada, DE tak akan hilang,” jelas Heru.
Malah, lanjut Heru, ada kasus DE yang bisa ditangani tanpa keterlibatan obat. Misalnya, dengan merubah gaya hidup seperti berhenti merokok, istirahat cukup, dan makan dengan gizi seimbang.
Kembali ke cerita Susi, yang bermasalah tak hanya suaminya. Sang istri pun punya andil menentukan bangkitnya kejantanan sang suami.
“Sekali lagi, harus ada rangsangan, baru timbul ereksi. Bagaimana caranya? Ya ngobrol saja sama pasangan, maunya gimana biar sama-sama enak?” imbuh Heru.
(Michael Metekohy/kompas.com)