Advertorial
Intisari-Online.com - Pertempuran laut yang berlangsung selama PD II selain berkecamuk di kawasan Laut Pasifik juga berlangsung di lautan Atlantik.
Bedanya, jika di Pasifik pertempuran yang terjadi merupakan konfrontasi antara AS dan Jepang, sebaliknya perang di lautan Atlantik melibatkan Angkatan Laut Sekutu (AS, Inggris, Kanada, dan lainnya) melawan Angkatan Laut Nazi Jerman.
Tapi pertempuran yang berlangsung di Laut Atlantik itu kalah populer dibandingkan dengan peperangan yang berlangsung di Laut Pasifik.
Pertempuran yang terjadi di Laut Atlantik selama PDII bahkan menjadi peperangan yang terlupakan.
Secara garis besar Perang Atlantik yang berlangsung sangat panjang, dari tahun 1939 hingga 1945 di samping berlangsung di Atlantik juga berkobar di Laut Utara, Lautan Labrador, Teluk ST Lawrence, dan lepas pantai Irlandia.
Kendati pada akhir perang, pihak Sekutu yang memenangkan perang di kawasan Atlantik itu, kerugian yang diakibatkan oleh AL Nazi Jerman demikian besar.
Pada tiga tahun pertama perang Atlantik berkobar, AL Jerman yang diam-diam mengoperasikan kapal selam U-Boat, benar-benar berada di atas angin.
Apalagi serangan U-boat dikhususkan kepada kapal-kapal dagang Sekutu yang hilir mudik di Atlantik dan tanpa perlindungan yang memadai.
Bahkan kapal perang Inggris yang sedang bersandar di pelabuhan Scapa Flow, Skotlandia berhasil dihancurkan oleh kapal selam Jerman yang sukses menyusup.
Selama U-boat Jerman leluasa menyergap kapal dagang Sekutu, korban yang terbanyak adalah kapal-kapal dagang Inggris.
Sampai menjelang akhir perang, kapal dagang Inggris yang berhasil ditenggelamkan oleh Nazi sebanyak 3500 unit.
Kapal perang yang ditenggelamkan U-Boat juga demikian banyak, terutama setelah Jerman mengeluarkan U-Boat yang lebih moderen dan mampu mengangkut banyak torpedo.
Korban kapal perang Sekutu yang berhasil dibinasakan Jerman sebanyak 175 unit. Sedangkan jumlah korban manusianya jauh lebih tinggi lagi, yakni 30.248 pelaut.
Kelemahan Sekutu pada awal perang memang terletak pada kendala teknologi AL-nya.
Mereka belum mampu melawan U-Boat Jerman yang pada masa itu meskipun berukuran kecil tapi mampu bergerak cepat dan meluncurkan torpedo secara akurat.
Baik Inggris maupun AS pada awalnya sama sekali tak mampu memberi perlawanan mengingat belum bisa ditemukan senjata yang cocok untuk menaklukkan U-Boat.
Namun ketika sistem radar laut, sonar, dan bom laut ditemukan, U-boat Jerman mulai bisa dilawan dan satu persatu berhasil dihancurkan.
Akhirnya hanya tinggal 30 persen saja kekuatan U-Boat, termasuk sejumlah U-Boat terbaru dan tercanggih yang belum sempat diluncurkan Jerman.
Bahkan setelah PD II, kapal selam Jerman sitaan dimanfaatkan untuk mengembangkan kapal-kapal selam milik AS.
Pertempuran Laut Atlantik yang melibatkan kapal-kapal perang berukuran besar juga berlangsung tak kalah dahsyatnya.
Sekali lagi Nazi Jerman membuktikan ketangguhan pada fase pertama perang seperti menghancurkan kapal perang HMS Hood Inggris dan Royal Ark, menengelamkan kapal perang Sydney Australia, dan lainnya.
Namun seiring kemunduran Jerman dalam kampanye militer di Eropa, kapal-kapal besar milik Jerman seperti Bismarck, Tirpitz, Prinz Eugen, Scarnhorst, Gneisenau, dan lainnya juga berhasil dihancurkan Sekutu.
Akibatnta keganasan AL Jerman di Atlantik pun punah. Apalagi setelah sebanyak 28.000 pelaut Jerman tewas terkubur di lautan beserta 783 kapal selam yang selama ini menghantui Atlantik.
Kendati sejumlah U-Boat masih bisa dioperasionalkan tapi karena minim SDM., Kepala Staf AL Jerman, Karl Doenitz akhirnya memilih menyerah kalah kepada Sekutu.