Advertorial
Intisari-Online.com -Kasus pembunuhan pegawai Badan Narkotika Nasional (BNN)Indria Kameswari (30) ramai diperbincangkan.
Terutama setelah rekaman percakapan yang diduga dilakukan antara dirinya dan sang suamiAbdul Malik Azis (37), yang kini berstatus tersangka, beredar.
Dalam rekaman tersebut, terdengarIndria beberapa kali mengeluarkan cacian kepada suaminya.
Tak hanya itu, Indria yang dalam rekaman tersebut terdengar beberapa kali mempertanyakan mobil yang dijanjikan oleh Abdul, juga menyebut mobil suaminya sebagai 'odong-odong.'
Posisi korban yang awalnya dilihat hanya sebagai korban tak bersalah, belakangan dianggap oleh beberapanetizenmemiliki peran besar atas tindakan brutal yang dilakukan sang suami.
Kata-kata kasar atau cacian yang dilontarkan oleh Indria saat bertengkar dengan dianggap sebagai pemicu pembunuhan yang diduga dilakukan oleh Abdul
Memang, pada dasarnya, ketika marah, kita cenderung mengucapkan kata-kata kasar dan menyakiti hati orang yang kita sayangi.
Dalam beberapa kasus, cacian tersebut mungkin masih bisa dimaklumi.
Namun, jika sudah sering dilakukan, bukan tidak mungkin orang yang dicaci akan naik pitam.
Nah, untuk menghindari pertengkaran berubah semakin buruk atau bahkan memicu pembunuhan,Patti Stanger, ahli percintaan dan pemilik biro jodoh premium Millionaire's Club, memberi "bocoran" kata-kata yang 'haram' diucapkan saat bertengkar dengan pasangan:
Sumpah serapah
Kata-kata makian, mengutuk, dalam bahasa apa pun, harus dihindari saat sedang beradu argumen dengan orang yang Anda cintai.
Bukahkah Anda akan marah jika ada orang lain memaki-maki pasangan Anda?
Nah, Anda pun jangan melakukan hal tersebut padanya. Untuk alasan apa pun.
(Baca juga:Catat! Inilah Jenis Huruf yang Terlarang untuk Digunakan saat Menulis CV)
Julukan yang kasar
Sama seperti sumpah serapah, hindari menjulukinya dengan kata-kata kasar.
Ingatlah, Anda beradu mulut dengan orang ini karena Anda mencintainya.
Jadi tahan diri mengeluarkan kata-kata seperti "dasar bodoh" keluar dari mulut Anda.
"Kamu selalu..."
Cobalah untuk tidak menggeneralisir perilakunya.
Anda marah karena dia membatalkan janji secara mendadak.
Tahan diri untuk tak marah dan cobalah bicarakan tentang ini.
(Baca juga:Artefak Ini Ungkap Temuan Mengerikan dari Sekoci Terakhir Kapal Titanic)
Tak perlu mengatakan "kamu tuh ya, selalu saja membatalkan janji secara mendadak."
Kalau memang ia selalu bersikap seperti itu, Anda seharusnya tidak berhubungan dengannya kan?
"Memang benar, kata mantan kamu..."
Jangan memihak mantannya untuk hal-hal yang sensitif.
Dan semua hal yang diucapkan dalam sebuah pertengkaran adalah hal yang sensitif.
Dia menjadi mantan karena sebuah alasan, dan Anda tidak ingin menjadi seorang mantan karena hal bodoh yang Anda katakan, bukan?
Jadi, hindari mengucapkan kata-kata yang bisa menyakiti hatinya.
"Kita putus saja"
Sebuah pertengkaran hebat memang dapat berakhir dengan putus cinta, dan itu wajar.
Tapi Anda tak boleh mengambil keputusan itu ketika bertengkar.
(Baca juga:Menteri Pertahanan Korea Utara Dihukum Mati karena Tidur Saat Acara Resmi)
Sebuah perpisahan adalah langkah besar dalam sebuah hubungan, dan Anda harus tenang dan rasional ketika mengambil keputusan itu. (Kompas)
Berikut ini transkrip lengkap percakapan yang diduga dilakukan oleh korban dan tersangka:
Suara perempuan: Kaga ada yang buktiin, saya pengen kabur rasanya.. Kalau saya tidak ada beberapa hari ini kamu jangan nyari saya. Capek otak saya, saya pengen istirahatin otak saya. Capek otak saya. Sengsaraa aja, dijanjiin melulu. Mana sekarang mobil mana. Mana mobilnya. Mana mobilnya mana mobilnya sekarang? Kamu buktiin aja enggak. Yang ini, yang itu, ngomong aja semuanya. Coba mana omongan yang teralisasi, mana janji kamu yang terealisasi. Gak ada satu pun.
Suara pria: Ya baru kemarin, jangan dipukul pukul dong.
Suara perempuan: Goblok kamu. Baru kemarin, baru kemarin, dari dulu (makian binatang), dari dulu! Grand Vitara mulu Grand Vitara mulu, mana sampai sekarang! Odong odong aja lu pake! Kamu gak becus!
Suara pria: Aduh jangan pukul pukul dong!
Suara perempuan: Gak becus juga kamu ah! Kamu becusnya ini odong odong kamu pake. (makian binatang)!
Suara pria: Ya belum lah pake proses bu.
Suara perempuan: (Makian binatang) kamu proses proses, apa yang kamu proses. Dari kemarin sampai hari ini saya kepengen, mana!! Capek saya ngomong begitu sama kamu. Kamu tuh, saya belum jalan sama orang lain. Awas kamu kalau gue selingkuh harus macem macem kamu sama saya.
Suara pria: Selesaikan pelan pelan-lah.
Suara perempuan: Kamu tabrak gue sekarang awas kamu. Kamu udah bawa saya sengsara (makian binatang)! Lu udah bawa hidup saya sengsara. Saya gak mau naik odong-odong ini! Saya mampu pakai mobil gede, saya mampu pakai mobil mewah! Saya malu! (Makian binatang). Saya malu hidup sama kamu. Hidup ngontrak! Atap rumah bocor, saya juga yang bayar itu rumah. (Makian binatang). Tahan tahan ribuan kali saya tahan. Kamu pikir saya apa. Saya kerja, saya cantik, saya kerja, kalau kamu?
Suara pria: Ya kan saya cuman menjalani apa yang saya bisa bu.
Suara perempuan: Kamu gak bisa apa apa (makian binatang)!
Suara pria: Gak bisa apa apa gimana sih bu. Orang ini kan saya lagi usaha bu.
Suara perempuan: Kebanyakan mikir kamu!
Suara pria: Aduh ya allah. Sakit bu.
Suara perempuan: Mobil cepetan (Makian binatang)! Gak usah nunggu-nunggu si eyang setan. Mana yang ada. Kamu kebanyakan mikir. Mikir DP, bayar ini-itu lah. Berarti kamu gak mampu (makian binatang).
Suara pria: Bukannya gak mampu bu tapi kan pakai proses bu.
Suara perempuan: Ya kalau ini diproses gimana (makian binatang). Ini kalau kamu gak ngasih berkas gimana mau proses (makian binatang).
Suara pria: Ini kan kemarin saya sudah kasih.
Suara perempuan: Bodoh lu laki-laki (makian binatang). Gue mau gak hidup sengsara. Gue punya kerjaan (makian binatang). Pikir gue laku sama kamu yang kere ini. Sini saya yang ajuin, saya masih minder sama keluarga dan teman-teman saya. Gara gara malu setan. Ngomong aja kamu. Saya ngomong kamu anggap sampah (makian binatang). Gak pernah ada realisasi. Suami saya seharusnya tidak begini. Suami saya itu harusnya mampu! Doktor! Direktur! Itu baru suami saya! Odong odong kamu punya. Kamu pikir saya main-main ya. (makian binatang)! Saya masih ada harga diri buat anak-anak (makian binatang). Saya bertahan karena mereka.
Suara pria: Sama saya juga begitu.
Suara perempuan: Sana pergi kamu, kamu pergi saja. Untuk apa kamu bertahan sama saya. Ngapain kamu bertahan cuman karena anak-anak. Kamu pikir cukup kayak gitu cukup! Rumah mewah, mobil mewah! Udah pakai mobil odong odong. Bodoh kamu! Odong-odong lagi, odong-odong lagi kamu bawa. Saya bekerja, cantik, saya tidak mau berpenampilan seperti pembantu begini!
Suara pria: Saya cuma mampu berusaha. Saya memberikan nafkah sesuai kemampuan saya.
Suara perempuan: Itu namanya gak mampu! Pergi kamu kalau gak mampu! Kamu pergi. Gak sesuai dengan harapan saya. Gak sesuai sama keinginan saya dasar kamu (makian binatang). Kamu pikir saya gak malu hidup kayak gini. Malu tau gak (makian binatang)! Saya malu pakai mobil ini! Saya malu! Kamu sudah menjatuhkan harga diri saya di depan semuanya, keluarga dan teman-teman saya.
Suara pria: Astagfirullah.
Suara perempuan: Ah (makian binatang) kamu!