Advertorial

Pria di Surabaya Gantung Diri, Ini Usia-usia Rawan Stres dan Depresi!

Muflika Nur Fuaddah
Adrie Saputra
Muflika Nur Fuaddah
Adrie Saputra

Tim Redaksi

Kapankah seseorang memasuki usia-usia rawan stres dan depresi? Bagaimana cara mengatasi stres dan penatnya hidup?
Kapankah seseorang memasuki usia-usia rawan stres dan depresi? Bagaimana cara mengatasi stres dan penatnya hidup?

Intisari-Online.com- Seorang pria bernama Sigit Kurniawan (25) telah menggegerkan Surabaya.

Ditemukan di rumah kontrakannya di Jalan Tanah Merah Indah III Surabaya pada Jumat (9/11/2018), Sigit didapati telah bunuh diri dengan cara gantung diri.

Kejadian tersebut diketahui pertama oleh mertua korban bernama Supatmi (44), dan istri korban bernama Kartika Yuliani (23).

Sementara motif bunuh diri belum diketahui, korban diketahui kurang bergaul dengan lingkungannya.

Baca Juga : Hati-hati! Bercak Putih yang Muncul di Dalam Mulut Bisa Jadi Gejala Kanker Mulut, Ini Penjelasannya

Tak hanya itu, ia juga adalah seorang ayah dari anaknya yang baru berusia 8 bulan dengan keseharian bekerja di Indomart.

Namun meski belum diketahui dengan pasti motif dari bunuh diri itu, sebagian besar kasus disebabkan oleh depresi.

Stres dan depresi bisa dirasakan oleh setiap manusia, terlepas dari berapa pun usianya.

Namun ternyata golongan usia tertentu dianggap lebih rawan terkena stres dan depresi.

Baca Juga : Tak Hanya Tuti Tursilawati, Sudah 4 WNI yang Dieksekusi Mati di Arab Saudi Tanpa Pemberitahuan Sejak 2015

Dilansir dari Kompas.com, psikolog Tara de Thouars mengungkapkan, usia dewasa muda, yaitu 20-29 tahun, dianggap sebagai kategori usia rawan stres dan depresi.

Hal itu terjadi karena pada masa-masa ini orang memiliki tingkat produktivitas tinggi.

Hal ini berdampak pada banyaknya target yang ingin dicapai, hingga urusan keluarga di masa-masa awal pernikahan.

Sehingga, mereka yang berada di rentang usia ini perlu lebih mengeskplorasi hidupnya.

"Mengejar hal-hal tersebut bukan perkara mudah, sehingga tentu banyak momen penat yang menghampiri."

Baca Juga : Sumpah Pemuda: Ini Syair Lengkap 'Indonesia Raya' Tiga Stanza, Ada Aturan dalam Menyanyikannya Juga, Lo!

"Jadi stres paling tinggi memang dialami mereka yang memasuki masa dewasa muda," kata Tara de Thouars.

Dari sisi psikologis, dewasa muda disebut penuh dengan ambisi.

Mereka ingin membuktikan kemampuan, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.

Selain karena ambisi itu, tantangan dari luar pun tak bisa diabaikan.

Baca Juga : Demi Dapatkan Uang Rp15 Miliar, Suami Ini Tega Membantu Istrinya Bunuh Diri

Mereka dituntut harus belajar.

Akibat buruk dari ketidakmampuan mencapai segala tuntutan itu mengakibatkan stres, depresi, yang akhirnya berujung pada tindakan bunuh diri.

Tara mengingatkan untuk mengatur beban yang ada, orang harus rileks saat penat mulai datang.

Baca Juga : Ciri-ciri Pasangan Selingkuh, Ini 12 Tanda yang Harus Anda Kenali!

Dia mencontohkan otak seperti komputer, jika banyak program dibuka dan berjalan, maka akan panas.

Begitu juga dengan otak, bila terlalu banyak berpikir, maka akan lelah dan tak fokus.

"Yang bisa dilakukan adalah istirahat sejenak agar fungsi otak kembali optimal," kata Tara.

Baca Juga : Agar Tidak Kecanduan, Begini Cara Mengetahui Statistik Penggunaaan WhatsApp Anda Selama Ini

Artikel Terkait