Advertorial
Intisari-Online.com - Ketegangan di kawasan Semenanjung Korea bertambah panas setelah Korut sukses meluncurkan rudal balistik jarak menengah Hwasong-12 hingga melintas di atas pulau Hokkaido, Jepang, Senin (28/8).
Militer Korut pun kemudian merayakan keberhasilan atas peluncuran rudal itu dan Kim Jong Un sendiri meyatakan rasa puasnya sambil mengatakakan bahwa target berikut dari peluncuran rudal balistik Korut adalah pangkalan militer AS di Guam.
Korsel yang selama ini tampak tenang atas provokasi Korut dengan cara meluncurkan sejumlah rudal balistik langsung menyiapkan kekuatan militer dalam kondisi siap tempur.
Presiden Korsel Moon Jae In yang dikenal sebagai tokoh pecinta damai bahkan telah memerintahkan militer Korsel untuk menyiapkan formasi siap menggempur jika pasukan Korut mulai melintasi perbatasan.
Tidak hanya itu, militer Korsel juga telah menyiapkan pasukan khusus yang bertugas membunuh Kim Jong Un jika peperangan antara Korut dan Korsel akhirnya meletus.
Pasukan khusus Korsel yang telah mendapatkan pelatihan maksimal untuk membunuh pemimpin Korut secara senyap itu, diam-diam akan menyusup jauh ke Korut lalu baru melancarkan operasi rahasianya.
Rencana operasi pasukan khusus yang akan membunuh targetnya yang bernilai tinggi (top target) secara rahasia sebenarnya sangat jarang disampaikan melalui media massa.
Tapi militer Korsel rupanya sengaja membeberkan operasi pasukan khususnya yang akan membunuh Kim Jong Un sebagai bagian dari perang urat syaraf sebagaimana Kim Jong Un secara terang-terangan ingin merudal nuklir Guam.
Pasalnya, cara yang paling masuk akal untuk membunuh Kim Jong Un sebenarnya sudah dipraktekkan militer AS-Korsel, yakni melalui serangan udara dengan sasaran terpilih.
Melalui serangan udara ini jet-jet tempur AS-Korsel bisa menghantam sasaran yang diyakini merupakan tempat perlindungan Kim Jong Un dan telah ditandai oleh pemandu sasaran dari satelit.
Berkat pemandu sasaran itu bom-bom pintar (smart bomb) yang dijatuhkan dari pesawat tempur bisa menghantam targetnya secara presisi.
Serangan udara untuk membunuh Kim Jong Un sebenarnya merupakan cara yang paling mudah dilakukan mengingat sistem pertahanan udara di Korut masih lemah.
Pentagon sebenarnya telah memberikan opsi ke Presiden Donald Trump untuk menggunakan rudal nuklir demi membungkam ancaman Kim Jong Un.
Tapi jika sampai rudal nuklir digunakan oleh AS, mengingat pesawat pengebom nuklir B-1B Lancer USAF sudah sering terbang dekat perbatasan Korut-Korsel, akibatnya akan sangat luar biasa.
Jutaan warga Korut akan jadi korban dalam sekejap dan Presiden Trump pun dipastikan akan mendapat kecaman dari seluruh penjuru dunia.
Apalagi jika Rusia dan China yang secara politis berteman dengan Korut tapi sebenarnya sama-sama bermusuhan dengan AS sampai membalas serangan nuklir AS, kondisi keamanan dunia pasti akan makin runyam.