Tujuh puluh lima hari lamanya bapak yang malang ini harus mengerami telur dengan sabar dan tawakal.
Sesudah anaknya menetas pun, pak kiwi masih meneruskan mengemban tugas sebagai pramusiwi.
(Baca juga: Manfaat Buah Kiwi Sepadan dengan Harganya yang Mahal)
Sampai berminggu-minggu nak kiwi masih ikut pak kiwi, dalam rangka kaderisasi generasi muda yang cakap mencari nafkah sendiri. Tidak ada musuh yang perlu ditakuti, memang!
Akan tetapi kiat mendangir tanah, dan mencium mana makanan yang bisa disedot dengan aman, dan mana yang beracun, masih perlu dipelajari dari suri teladan bapak pembina.
Diduga, karena dulu tidak pernah ada musuh yang perlu dihindari dengan terbang itulah, anak-cucu kiwi modern zaman sekarang dilahirkan dengan sayap rudimenter yang tinggal sebatang korek api.
Tidak tampak dari luar, karena sayap itu tertutup sama sekali oleh bulu tubuh yang seperti rambut.
Nyonya kiwi bagaimana kabarnya?
Oh, ia hanya bertugas bertelur. Selesai menaruh telur ke dalam sarang (biasanya 2 butir), ya sudah! Habis perkara!
Sarang keluarga berencana kiwi berupa lubang yang digali oleh suami di bawah akar pohon hutan yang besar. Atau sisi tebing tanah yang terlindung dari guyuran air hujan.
Dalam sarang inilah mereka tidur sepanjang hari. Baru kalau sudah mulai malam, mereka keluyuran mencari makan.
Pelestarian ex situ
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR