Advertorial
Intisari-Online.com - Sebuah kapal perusak (destroyer) AL AS (US Navy) USS John S McCain mengalami tabrakan hebat pada Senin (21/8) dengan sebuah kapal tanker di perairan yang berlokasi di sebelah timur Singapura.
Kapal perang yang merupakan satuan dari gugus tugas Armada ke-7 US Navy di Asia Pasifik itu bermaksud berlabuh di Singapura dan selanjutnya meneruskan pelayaran menuju Semenanjung Korea.
Lokasi tabrakan yang menyebabkan USS John S Mc Cain mengalami kerusakan parah d i bagian lambung kapal juga menyebabkan lima awak kapal luka-luka dan sepuluh awak kapal lainnya dinyatakan hilang.
Karena hilangnya sepuluh awak kapal itu berada di perairan Selat Malaka, TNI AL pun mengirimkan satu kapal perang untuk membantu upaya pencarian.
Sebagai kapal perang yang dijagokan untuk menyergap rudal nuklir Korut yang akan diluncurkan ke daratan AS, destroyer USS John Mc Cain dilengkapi sistem pertahanan anti rudal Aegis.
(Baca juga: Diancam Rudal Nuklir Korea Utara, Donald Trump Justru Ancam Intervensi Venezuela)
Kekuatan destroyer bersenjata Aegis yang dikerahkan oleh Armada ke-7 US Navy di Pasifik sebanyak 11 kapal tapi tiga kapal yang sedang dalam misi patroli malah sudah lumpuh sebelum berperang akibat tabrakan dengan kapal-kapal dagang.
Pada 17 Juni destroyer USS Fitzgerald bertabrakan dengan kapal dagang pengangkut kontainer di perairan Jepang.
Selain mengakibatkan kapal rusak parah tabrakan itu juga mengakibatkan tujuh awak kapal tewas.
Tanggal 9 Mei kapal yang dipersenjatai peluncur rudal balistik dan Aegis, USS Lake Champlain tabrakan dengan kapal nelayan di Semenanjung Korea.
Meskipun akibat tabrakan tidak menimbulkan kerusakan berat dan korban jiwa, tabrakan itu termasuk “konyol” karena kapal perang yang sangat canggih ternyata bisa mengalami kecelakaan di kondisi aman dan bukan dalam situasi peperangan.
(Baca juga: Amerika Serikat dan Korea Utara Terus Saling Lempar Ancaman, Jepang Gelar Latihan Hadapi Serangan Rudal Nuklir)
Intinya kapal-kapal perang US Navy yang berteknologi canggih bisa tabrakan dengan kapal lain di cuaca lautan yang sedang bagus dan bukan dalam keadaan perang, mencerminkan bahwa para operator kapal perang tersebut tidak terampil (poor seamanship).