Advertorial

Jet Tempur Pembawa Bom Nuklir yang Pernah Dimiliki Indonesia Ini Ternyat Dibeli Secara Rahasia dari Israel

Moh Habib Asyhad

Editor

Pengiriman yang dilaksanakan secara sangat rahasia itu berlangsung selama 21 bulan dan berakhir pada 31 Agustus 1982.
Pengiriman yang dilaksanakan secara sangat rahasia itu berlangsung selama 21 bulan dan berakhir pada 31 Agustus 1982.

Intisari-Online.com -Sejarah datangnya Skyhawk ke Indonesia dan kemudian dioperasikan oleh TNI AU merupakan proses pembelian pesawat tempur yang penuh rahasia.

Bagaimanapun, ini ada kaitannya dengan Israel.

Secara teknis Indonesia membeli A-4 Skyhawkdari AS tapi barangnya berada di Israel.

(Baca juga:Meski Tergolong Tua, Inilah yang Membuat Jet Tempur F-14 Tomcat Iran Masih Tetap Berjaya di Udara Timur Tengah)

Lewat Operasi Alfa yang digelar pada Juni 1979 terwadahi dalam paket program Elang Siaga-II/79, keinginan TNI AU untuk memiliki Skyhawk pun mulai dilaksanakan.

Pada Mei 1980 sebanyak 31 unit A-4E (single seater) dan dua TA-4H (dual seater) mulai dikirim dari Israel ke Indonesia menggunakan kapal laut.

Pengiriman yang dilaksanakan secara sangat rahasia itu berlangsung selama 21 bulan dan berakhir pada 31 Agustus 1982.

Sebagai jet tempur multi fungsi, sejumlah persenjataan yang dimiliki A-4 antara lain, dua kanon Colt Mk 12 kaliber 20 mm, lima pod atau station bomb (dua pod di masing-masing sayap dan satu pod di bawah fuselage).

Senjata berupa roket dan rudal antara lain empat tabung peluncur roket LAU-10 berisi roket Mk 32 Zuni kaliber 127 mm, empat rudal udara ke udara AIM-9 Sidewinder, rudal udara ke permukaan masing-masing dua AGM-12 Bullpup, dua AGM-45 Shrike anti-radiation missile, dua AGM-62 Walleye TV guided glide bomb, dan dua AGM-65 Maverick.

Sejumlah bom menjadi persenjataan andalan A-4.

Antara lain enam bom Rockeye-II Mark 20 Cluster Bomb Unit (CBU), enam Rockeye Mark7/APAM-59 CBU, dan unguided bomb Mark 80.

Selain membawa bom-bom konvensional, A-4 juga bisa mengangkut bom nuklir B57 dan B61.

Sedangkan untuk misi tempur jarak jauh, A-4 yang sudah dilengkapi peralatan air refueling bisa membawa bahan bakar 3x370 US gallons (1.400 liter).

Teknis air refueling tidak hanya dilakukan oleh pesawat tanker tapi juga bisa dilaksanakan proses air refueling sesama A-4 atau pesawat lain yang memiliki tipe yang sama dengan A-4.

(Baca juga:Tiga Pengebom Nuklir Ini Sudah Sangat Uzur Tapi Masih Mampu Ciptakan Neraka Dunia dalam Sekejap Mata)

Di samping memiliki berbagai persenjataan yang sangat lengkap, A-4 juga dilengkapi sistem avionik yang sangat mendukung kemampuan tempurnya.

Sistem avionik yang dimiliki A-4 antara lain radar penentu ketinggian Bendix AN/APN-141 dan radar pemetaan serta deteksi jelajah Stewart Warner AN/APQ-145.

Kekuatan Skyhawk TNI AU kemudian terbagi dalam dua skuadron, yakni Skuadron Udara 11 Iswahyudi, Madiun dan Skuadron 12 Pekanbaru, Riau.

Sesuai programnya TNI AU sebenarnya tidak hanya ingin memiliki 2 skuadron Skyhawk dan berencana nambah 16 unit Skyhawk lagi.

Tapi keinginan TNI AU utuk menambah tipe dual seater itu gagal karena Israel tak mau melepasnya. Namun pada 1998 TNI AU berhasil menambah dua Skyhawk tipe TA-AJ yang merupakan eks AL AS.

Sesuai Operasi Alpa, TNI AU sebenarnya hanya akan mengoperasikan Skyhawk selama 10 tahun.

Namun berkat keandalan Skyhawk di medan tempur dan perawatan yang cukup sederhana, semua Skyhawk TNI AU dioperasikan hingga 24 tahun.

Proses up grade dilakukan agar usia operasionalnya mencapai 24 tahun. Proses ug grade dengan mendatangkan ahli dari Israel itu antara lain menambah perangkat TANS Computer, WDNS, ADF-60 serta radio VHF agar frekuensinya sesuai dengan navcom yang dioperasikan TNI pada saat itu.

Setelah dipensiunkan, skyhawk TNI AU antara lain pernah diterjunkan dalam operasi militer di Timor Timur kemudian digantikan oleh Sukhoi Su-27/30.

Khusus auntuk A-4 yang dimiliki Israel, sejumlah modifikasi untuk meningkatkan kemampuan tempurnya telah dilakukan.

Modifikasi yang dilaksanakan Israel antara lain menambahkan perangkat pembawa bom seperti outer wing rack, sistem pengereman double dics break, memanjangkan tail pipe sehingga bisa mengurangi panas buangan bahan bakar dan sulit dilacak oleh rudal pencari panas, mengganti sistem pengereman pesawat dengan parasut yang lebih andal (drug chute), memasang senjata berkemampuan lebih besar DEFA 552 Gun kaliber 30 mm, mengubah sistem air refueling probe, mengubah chaff dan dispenser roket, dan lainnya.

(Baca juga:Sebagai Presiden Dewan Keamanan PBB, China Diminta Indonesia untuk Menekan Israel Terkait Masjid Al-Aqsa)

Ketika dikirim ke Indonesia, A-4 yang didatangkan langsung dari Israel umumnya memiliki kualifikasi seperti itu.

Demi kelancaran operasi yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Indonesia, TNI-AU masih melaksanakan modifikasi A-4 Israel.

Modifikasi yang dilakukan antara lain mencakup pemasangan kamera pengintai VICON 70, radio komunikasi yang frekuensinya standar TNI ARC 182 (VHF-UHF-AM-FM), Doppler antena, TANS Computer, sistem pemandu senjata WDNS, pembidik senjata Feranti Gun Sight, dan penambahan persenjataan Front Mounting Gun.

Semua modifikasi yang dikerjakan TNI AU terbukti berhasil sewaktu melaksanakan uji coba baik saat pengeboman maupun penembakan sasaran.

Setelah masa operasional A-4 Skyhawk TNI AU usai, semua pesawat masuk museum dan sejumlah di antaranya dipajang sebagai monumen.

Beberapa Skyhawk yang dimasukkan ke museum bahkan masih dalam kondisi bagus dan bisa diterbangkan.

Artikel Terkait