Ia juga bercakap-cakap dengan rakyat jelata yang dijumpainya di desa, di kampung maupun di tengah sawah, sambil duduk santai.
Rakyat yang dia ajak ngobrol kelihatan gembira sekali.
Keluar dari istana secara incognito (tidak resmi) memang sering dilakukan. Suatu hari BK berkata pada Mangil, “Mangil. Bapak ingin keluar sebentar. Bapak ingin melihat umpyeke wong golek pangan di Jakarta (Bapak ingin melihat kesibukan orang mencari nafkah di Jakarta).”
Kadang-kadang BK pergi ke pantai Layar Berkembang dan makan satai bersama putra-putrinya.
Malam hari BK pernah ke daerah Senen, daerah planet (kawasan pelacuran) tempo dulu dan mendekati gerbong kereta api yang ditempati gelandangan.
Saat bercakap-cakap dengan mereka, ada seorang perempuan yang berkata keras, “Lo, itu ‘kan suara Bapak! Itu Bapak, ya?”
Karuan saja, tempat itu langsung penuh dengan orang yang mengelilingi Bung Karno.
(Diambil dari Majalah Intisari edisi Juli 1999)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR