Advertorial
Intisari-Online.com - Ketika Arab Saudi memutuskan untuk mengerahkan kekuatan militernya demi memerangi militan ISIS dan militan Houthi yang sedang memerangi pemerintah Yaman, Arab Saudi telah bersiap dengan payung udaranya.
Payung udara itu berupa sistem pertahanan udara antirudal, yakni Patriot PAC-3 buatan Lockheed Martin Corp, AS yang telah terbukti keunggulannya di Perang Teluk.
Pada Perang Teluk (1991) rudal-rudal Patriot yang digelar militer AS di Irak sukses menghadang rudal-rudal Scud Irak yang merupakan produksi Rusia.
Baik Irak maupun Iran sama-sama memiliki rudal Scud yang kemudian dikembangkan menjadi rudal yang memiliki jelajah lebih jauh dan makin mematikan.
Militer Arab Saudi menyadari jika militan Houthi yang bertempur di Yaman bisa memiliki rudal Scud karena didukung oleh Iran.
(Baca juga: Lagi, Kota Suci Mekah Menjadi Sasaran Serangan Rudal oleh Para Petempur Al-Houthi)
Oleh karena itu dari tahun 2016 hingga 2017 Arab Saudi telah membeli rudal Patriot sebanyak 600 unit dengan harga Rp72,8 triliun.
Anggaran pembelian rudal Patriot Arab Saudi termasuk sangat besar jika dibandingkan dengan angaran belanja militer Indonesia tahun 2017 yang jumlahnya Rp108 triliun.
Tapi harga yang dikeluarkan oleh Arab Saudi untuk membeli ratusan rudal Patriot menunjukkan manfaatnya ketika berhasil menangkis serangan rudal Scud yang ditembakkan militan Houthi dari perbatasan Yaman-Arab Saudi menuju kota suci Mekah pada Kamis (27/7) .
Jet tempur Arab Saudi juga bisa langsung membalas serangan rudal dan menghancurkan pusat peluncuran rudal.
Itu berarti antara peluncur rudal Patriot dan pesawat tempur sistem operasionalnya telah terintegrasi secara sempurna.
(Baca juga: Hotel Terbesar akan Dibuka di Mekah pada 2017)
Pasalnya selain bisa menangkis serangan rudal Scud, kekuatan udara Arab Saudi sekaligus bisa melancarkan serangan balasan pada saat yang sama.