Operasi Jubille: Arena Banjir Darah Pasukan Inggris saat Ingin Balaskan Dendam Kekalahan di Dunkirk

Ade Sulaeman

Editor

Malapetaka Inggris di Dieppe
Malapetaka Inggris di Dieppe

Intisari-Online.com - Pasukan Inggris yang pernah dipukul mundur oleh Nazi Jerman di Perancis dan harus mundur melalui pelabuhan Dunkirk ternyata tidak tinggal diam.

Mereka kemudian melaksanakan Operation Jubille untuk menyerbu pasukan Jerman yang berada di Pelabuhan Dieppe.

Menjelang tengah malam 18 Agustus hingga subuh 19 Agustus 1942, armada penyerbu menyeberangi Selat Channel menuju Dieppe.

Laut tenang dengan sinar bulan menerangi 237 kapal besar-kecil, berupa kapal perusak, pengangkut pasukan, pendarat tank, bargas anti-serangan udara, dan lain-lainnya.

Selain 5.000 pasukan Kanada, terdapat 1.100 pasukan komando Inggris, 15 prajurit Perancis, 50 pasukan Ranger AS, serta lima orang keturunan Jerman yang bertugas sebagai penerjemah.

(Baca juga: Misteri Terbesar Dunkirk adalah Alasan Hitler Hentikan Serangan yang Sudah Pasti Dimenanginya)

Pelayaran ini dengan selamat melewati zona ranjau Jerman, yang beberapa jam sebelumnya telah dibersihkan oleh 15 kapal penyapu ranjau Inggris.

Selama pelayaran tak ada kemunculan kapal patroli maupun pesawat Jerman. Sehingga optimisme tinggi di kalangan penyerbu, karena unsur pendadakan tampaknya berpihak pada mereka.

Sesampai di sasaran, kapal-kapal pengangkut pasukan menurunkan perahu pendarat. Empat satuan pertama langsung bergerak ke sasaran, sarang meriam pantai pada pukul 04.50.

Sedangkan pendaratan pasukan utama di pantai Dieppe dijadwalkan pukul 05.20. Karena itu meriam musuh harus dilumpuhkan sebelum pendaratan terjadi.

Dalam kegelapan subuh, keempat satuan penyerang awal mengikuti kapal meriam yang berperan sebagai penunjuk jalan.

(Baca juga: Malapetaka Dunkirk Dimulai dari ‘Bliztkrieg’ Nazi Jerman yang Hitler Sendiri pun Tak Percaya akan Berhasil)

Semuanya berjalan baik tanpa gangguan. Namun pada pukul 03.47, pasukan yang berada paling kiri tiba-tiba melihat siluet sebuah kapal tepat di depan mereka.

Belum hilang kekagetan mereka, mendadak langit menjadi terang benderang karena tembakan peluru sinar.

Tampak siluet lima kapal kargo Jerman yang dikawal tiga kapal bersenjata berlayar menyusur pantai, juga ke arah pelabuhan Dieppe.

Kejadian yang tak disangka-sangka ini pun menjadi momen terburuk bagi pasukan penyerbu. Unsur “surprise” mereka mendadak lenyap begitu saja.

Padahal konvoi kapal Jerman itu sebelumnya sudah terpantau oleh radar Inggris di Dover dan Portsmouth.

(Baca juga: Beda dengan Nazi Jerman, Pasukan Jepang Tidak Mengenal Berhenti ketika Bertempur sehingga Tidak Mengalami Blunder Seperti Dunkirk)

Dua peringatan dikirimkan ke kapal perusak HMS Calpe, yang merupakan kapal pimpinan Jubilee. Namun celakanya, akibat masalah teknis maka kedua peringatan dari Mabes Royal Navy itu tidak pernah diterima.

Tatkala orang Jerman melihat kapal-kapal pendarat penuh pasukan musuh mengarah ke Dieppe, tak ampun mereka pun menembakinya dengan sengit.

Kapal meriam Inggris melakukan perlawanan yang tak kalah sengitnya. Sebuah kapal Jerman terbakar dan meledak, sebuah lainnya tenggelam dengan cepat, dan yang lain menghilang dalam kegelapan.

Sebagai akibat pertempuran laut singkat itu, maka unsur pendadakan yang dijadikan kunci keberhasilan serangan Kanada-Inggris hilang sudah.

Bahkan suatu bencana yang tak dipekirakan sebelumnya, telah menanti di Dieppe. Pasukan Jerman di darat telah diberitahu akan adanya serbuan dari laut.

Pasukan komando Inggris langsung menyerang meriam pantai di ketinggian kiri-kanan Dieppe. Karena unsur pendadakan sudah hilang, maka yang terjadi adalah pertempuran sengit.

Pasukan Jerman pada suatu saat berusaha memusnahkan satuan komando itu dengan meriamnya dalam jarak cukup dekat.

Namun moncong meriam tidak dapat dibuat lebih menukik lagi, sehingga pelurunya hanya lewat di atas kepala pasukan komando.

Akhirnya karena kehabisan peluru, pasukan ini pun terpaksa mundur, turun ke pantai dan balik ke perahu pendarat mereka.

Nasib satuan komando lainnya tidaklah sebaik mereka. Banyak dari mereka yang terbunuh ketika masih berada di perahu pendarat maupun di pantai.

Di antara yang tewas adalah Letnan Edwin Loustalot (19 thn) dari US Rangers. Ia menjadi prajurit Amerika pertama yang tewas di daratan Eropa dalam perang ini.

Di tempat lain sepasukan komando berhasil meghancurkan kubu pertahanan Jerman dan meledakkan keenam pucuk meriamnya.

Puluhan pasukan Jerman terbunuh dalam pertempuran jarak dekat dengan bayonet. Sisanya empat orang yang masih hidup, ditawan untuk dibawa ke Inggris.

Namun serangan pasukan induk untuk membentuk garis pertahanan di pantai mengalami perlawanan hebat dari pasukan Jerman yang memang telah siap menyambut.

Sebagai akibatnya, garis pertahanan itu pun ambruk, dan nasib serbuan serta ambisi menguasai kota Dieppe pun semakin suram.

Begitu pula pendaratan di Puys, pantai pesiaran di pesisir Dieppe harus menghadapi pertahanan musuh yang sudah siap siaga.

Tembakan Jerman menghujani kapal-kapal pendarat, yang begitu tiba di pantai langsung membuka pintunya untuk menumpahkan pasukan. Di sinilah pembantaian dimulai.

Para penembak jitu Jerman mengarahkan peluru mereka kepada para perwira Kanada serta operator radio komunikasi.

Akibatnya pasukan Kanada kacau, kehilangan pimpinan dan komunikasi. Mereka pun dihantam segala macam senjata dari jarak cukup dekat, termasuk senapan mesin berat.

Begitulah, gelombang demi gelombang pasukan pendarat disambut tembakan mengerikan tanpa mereka bisa banyak berkutik. Pantai dan air laut pun menjadi merah berdarah-darah.

Pasukan penyerbu yang tiba belakangan, kaget menyaksikan pembantaian di depan mereka. Mereka pun membeku, tak berani keluar dari kapal pendarat. Sehingga para perwiranya marah dan mengancam menembak mereka.

Hanya dalam hitungan menit pasukan Royal Regiment dari Canadian Army Overseas tersebut nyaris tak bersisa lagi.

Sejumlah pasukan secara ajaib berhasil melintasi celah tembakan senapan mesin dan mencapai dinding laut. Mayat maupun pasukan yang masih hidup bertumpukan di bawah dinding. Banyak yang pura-pura mati supaya tidak memancing tembakan Jerman.

Kepanikan di antara pasukan penyerbu pecah akibat tekanan luar biasa dalam pertempuran di pantai Dieppe.

Setiap kali mendengar atau melihat adanya perahu pendarat bergerak mundur, maka banyak pasukan yang lari dan berebutan naik.

Para awak perahu tak berdaya menghadapi pasukan yang panik, sampai perahunya miring dan karam karena keberatan beban serta terkena hujan peluru musuh.

Ketika perlawanan dari pasukan penyerbu melemah, maka pasukan Jerman mulai keluar dari kubu-kubu pertahanan.

Mereka melemparkan granat-granat untuk memastikan terhentinya perlawanan dari pasukan penyerang. Sekitar pukul 08.00 orang Jerman melihat kain putih yang diikatkan pada ujung senapan, dikibar-kibarkan dari balik dinding laut.

Garnisun Jerman melapor kepada komandan mereka, Jenderal Conrad Haase bahwa Puys dan sekitarnya sepenuhnya dikuasai Jerman, dan sekitar 500 pasukan musuh tewas atau tertawan.

Dari sekitar 650 pasukan Kanada yang didaratkan di tempat ini, hanya 67 orang yang berhasil balik ke Inggris, termasuk Kopral LG Ellis yang dua setengah jam berenang di laut sebelum diselamatkan.

Namun tidak semua perlawanan pasukan Kanada tamat pagi itu. Sepasukan pimpinan Letkol Douglas Catto adalah yang terakhir menyerah, sekitar pukul 16.30 sore.

Artikel Terkait