Intisari-Online.com -Dalam masa jayanya Napoleon Bonaparte dikenal sebagai kaisar sekaligus panglima perang Prancis yang tangguh.
Ia juga dikenal sebagai panglima perang yang memelopori pertempuran menggunakan artileri sebagai ujung tombak sehingga bisa dengan mudah menghancurkan kekuatan musuh.
(Baca juga:Jika Diamati, Presiden Prancis Terpilih Emmanuel Macron Punya Kemiripan Wajah dengan Napoleon Bonaparte)
Tapi sebagai panglima perang yang brilian dan hampir menguasai seluruh Eropa tidak semua kampanye militernya berjalan sukses.
Dalam misi tempur di Eropa Timur pasukannya akhirnya mengalami kehancuran akibat strategi yang salah ketika bermaksud menguasai Rusia.
Ironisnya kekuatan tempur Napoleon yang hancur di Rusia bukan karena kalah dalam pertempuran melainkan karena datangnya musim dingin yang kemudian lebih dikenal sebagai jenderal pembunuh (general winter) .
Selain pengaruh cuaca musim dingin yang ekstrem, pasukan Grande Armee Napoleon juga mengalami kehancuran akibat kekurangan logistik tempur dan bahan makanan.
Dalam ambisnya menguasai Rusia, Napoleon berencana menyerang lewat darat dengan mengerahkan pasukannya secara besar-besaran dan dikenal sebagai Grande Armee.
Setiap dikerahkan ke medan tempur, ratusan ribu pasukan Grande Armee yang terdiri dari korps pasukan invanteri, kavaleri berkuda, dan artileri selalu menggentarkan nyali para musuhnya.
Demikian tersohornya pasukan Grand Armee sehingga membuat Napoleon yakin bisa menaklukkan Rusia dalam waktu singkat.
Pasukan Grande Armee yang merupakan pasukan elit Napoleon selain beranggotakan pasukan Prancis juga terdiri dari pasukan yang berasal dari negara-negara taklukan Prancis seperti Warsawa, Italia, Bavaria, Spanyol, Swiss, Austria, dan lainnya yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya satuan Legiun Asing Prancis.
Untuk menyerang wilayah Rusia yang bisa ditempuh lewat darat dari Prancis sebenarnya tidak mudah.
Sepanjang perjalanan darat menuju Rusia, pasukan Prancis harus menempuh sejumlah sungai yang lebar tanpa jembatan, hutan lebat, dan musim hujan ekstrim yang bisa mengubah jalan darat menjadi lumpur.
Demikian tingginya endapan lumpur di jalanan Rusia yang belum mengenal aspal bisa dipastikan membuat pergerakkan kereta kuda pengangkut logistik dan persenjataan jadi sangat sulit.
Sebagai gambaran untuk mengangkut logistik dan persenjataan harus dikerahkan puluhan ribu kereta kuda termasuk kuda-kuda penarik kereta yang jumlahnya lebih banyak lagi.
Tak hanya itu puluhan ribu kuda penarik beban juga harus diberi makan secara baik dan makanan kuda akan sulit ditemukan ketika musim hujan ekstrim sedang melanda wilayah Rusia.
Pasukan yang bergerak berjalan kaki (infanteri) juga mengalami kesulitan tersendiri karena harus menempuh perjalanan ratusan kilometer di bawah hujan lebat dan petir yang menyambar.
(Baca juga:Model Cantik Rusia Ini Punya Gaya Unik Saat Memprotes Jalanan Rusak, Seperti Apa Gayanya?)
Cuaca ekstrim di wilayah Rusia seperti inilah yang kurang diperhitungkan oleh Napoleon, bahkan oleh pasukan Nazi yang bertempur di tempat yang sama pada Perang Dunia II (PD II).
Akibatnya pasukan Napoleon yang demikian besar akhirnya hancur bukan karena dikalahkan pasukan musuh melainkan oleh keganasan musim dingin di Rusia.
Sejumlah jasad pasukan Napoleon kadang ditemukan utuh dalam kondisi terkini dan masih berseragam lengkap karena terawetkan oleh salju.