Intisari-Online.com - Keberadaan kawanan gajah di Taman Nasional Afrika pada awalnya baik-baik saja dan bisa berkembang biak secara normal.
Tapi karena kawasan Taman Nasional itu secara perlahan mulai didesak oleh tanah-tanah pertanian dan pemukiman warga, konflik antara kawanan gajah dan penduduk lokal pun tak bisa dihindari.
(Baca juga: 100 Ribu Lebih Gajah Afrika Terbunuh dalam Satu Dekade Terakhir)
Kawanan gajah yang selalu bergerak dan memiliki lintasi imigrasi yang tetap itu mulai dianggap mengganggu lahan pertanian penduduk yang kebetulan merupakan jalur imigrasi.
Akibatnya bentrok antara penduduk dan kawanan gajah pun tidak bisa dihindari dan yang menjadi korban adalah para kawanan gajah yang kemudian diam-diam diburu atau dibunuh menggunakan racun.
Untuk mencegah kawanan gajah memasuki tanah pertanian, para pengelolan Taman Nasional di kawasan Liwonde dan Majete, Afrika sebenarnya telah membuat pagar.
Tapi pagar itu lama-lama dijebol juga oleh kawanan gajah yang lebih tertarik memangsa makanan di lahan pertanian daripada mencari makanan di hutan.
Akibatnya konflik antara gajah dan manusia kembali terjadi dan jumlah gajah pun menurun drastis akibat dibunuh.
Menurut data dari Taman Nasional Afrika yang memantau perkembangan gajah pada tahun 1979 jumlah gajah sekitar 1,3 juta ekor.
Tapi saat ini jumlah gajah di Afrika tinggal sekitar 350.000 ekor saja akibat habitat yang terus berkurang dan juga oleh perburuan gelap.
Untuk mengatasi berkurangnya jumlah gajah yang makin drastis, pihak pengelola Taman Nasional Liwonde dan Majete pun memutuskan memindahkan para gajah itu ke Taman Nasional yang jauh dari pemukiman penduduk, yakni Taman Nasional Nkhotakota Wildlife Reserve.
Namun jumlah gajah yang harus direlokasi mencapai jumlah 500 ekor sehingga butuh kerja keras dan cara khusus untuk memindahkannya.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR