Intisari-Online.com - Angkatan Udara AS (USAF) dan Marinir AS (USMC) sering mengalami surplus dalam produksi pesawat tempurnya demi memenuhi kebutuhan perang khususnya setelah mengalami pertempuran yang panjang.
Ketika Perang Vietnam (1955-1975) meletus salah satu pesawat yang dioperasikan USAF dalam jumlah besar adalah F-4 Phantom.
Sebagai jet tempur andalan AS di medan laga Phantom mampu mengimbangi jet-jet tempur AU Vietnam Utara produksi Uni Soviet seperti MiG-17 dan MiG-21.
(Baca juga: Jadi Pangkalan Militer AS Terbesar di Timur-Tengah, Kenapa Qatar Justru Dituduh Dukung Teroris?)
Usai Perang Vietnam ratusan Phantom masih dioperasikan dalam berbagai peperangan oleh sejumlah negara mulai dari Perang Arab-Israel (1973), Perang Irak-Iran, dan Perak Teluk (1991).
Angkatan Udara Jerman bahkan tercatat pernah meng-up grade F-4 F Phantom pada tahun 2013.
Militer AS sendiri masih mengoperasikan Phantom yang dikenal sangat tangguh dan merupakan jawara di Perang Vietnam ini hingga tahun 1996.
Tapi sebagai jet tempur legendaris yang telah mengabdi di berbagai negara hingga lebih dari 60 tahun, usai pensiun Phantom tetap melaksanakan pengabdian di AS.
Pengabdian itu bukan berupa misi tempur melainkan sebagai korban dari jet-jet tempur produksi terbaru AS mengingat Phantom ternyata dimanfaatkan sebagai drone untuk sasaran tembakan rudal.
(Baca juga: Kristania Virginia Besouw, Mantan Miss Indonesia yang Jadi Anggota Militer AS karena Kangen Kampung Halaman)
Selayaknya drone, Phantom yang terbang tanpa pilot telah dimodifikasi oleh BAE System sehingga bisa diterbangkan menggunakan remote control seperti seseorang yang sedang menerbangkan pesawat Radio Control (RC).
Sebagai drone untuk latihan menembakan rudal dari jet tempur ‘’lawannya’’, Phatom dinamai QF-4.
Sejak tahun 1997 atau satu tahun setelah Phantom pensiun sebanyak 315 pesawat Phantom sudah dimodifikasi sebagai drone.
Jet tempur AS produksi terbaru, F-35 Lightning II termasuk jet tempur yang telah menembak jatuh QF-4 dalam latihan penembakan rudal udara ke udara.
Sebagai drone yang selalu ditembak jatuh, QF-4 jumlahnya memang makin berkurang dan pada 24 Juli 2015, sejumlah QF-4 dipensiunkan perannya sebagai drone.
Namun pada tahun 2017, USAF memutukan untuk menggunakan lagi QF-4 untuk sasaran drone meskipun drone dari jet tempur, F-16, yang dinamai QF-16 sudah siap dioperasikan.
Hingga saat ini USAF sudah menyiapkan sebanyak 30 drone dari F-16 varian blok 15,20, dan 30 sebagai latihan penembakan rudal udara ke udara.
Padahal di sejumlah negara varian F-16 blok 20 dan 30 masih dioperasikan sebagai jet tempur untuk mempertahankan negara, salah satunya adalah TNI AU.