Lalu ia meraih dompetnya dan mengeluarkan selembar kertas dan menulis sesuatu di kertas itu.
Ia kemudian meletakkan selembar kertas pada timbangan dengan hati-hati dan kepala tertunduk.
Mata pedagang kelontong dan pelanggan itu menujukkan takjub saat skala timbangan turun dan semakin turun.
Pemilik kelontong menatap timbangan, berbalik perlahan ke pelanggan lain dan berkata dengan murung, “Aku tidak percaya.”
Pelanggan itu tersenyum dan pemilik toko kelontong itu mulai meletakkan belanjaan di sisi lain timbangan itu.
Skala pada timbangan itu belum seimbang, sehingga ia terus memberikan lebih banyak belanjaan sampai skala timbangannya tidak lagi bertahan.
Pemilik toko kelontong itu berdiri dengan sangat ngeri.
Akhirnya, ia meraih selembar kertas dari timbangan dan melihatnya dengan takjub. Ini bukan daftar belanjaan.
Ini sebuah doa yang berbunyi, “Ya Tuhan, Engkau tahu kebutuhan saya dan saya menyerahkan ini ke tangan-Mu.”
Pemilik toko kelontong itu memberikan belanjaan yang telah dikumpulkannya dan berdiri dalam keheningan serta tertegun.
Lisa mengucapkan terima kasih sambil meninggalkan toko kelontong itu.
Kemudian pelanggan yang sejak tadi melihat kejadian itu menyerahkan uang lima puluh dolar ke pemilik toko kelontong dan berkata, “Itu berharga setiap sennya.”
Beberapa saat kemudian, pemilik toko kelontong itu melihat timbangannya patah.
Hanya Tuhan yang tahu seberapa berat doa kita.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR