Intisari-Online.com – Alkisah, tinggallah tiga bersaudara, Samuel, Timothy, dan Xander, yang tinggal di sebuah pondok di tepi hutan. Mereka jujur dan pekerja keras.
Setiap hari, mereka akan menjelajah ke hutan untuk menebang pohon. Nantinya, mereka akan menjualnya ke pasar dengan harga yang pantas. Mereka hidup terus dengan cara itu.
Namun, tiga orang bersaudara itu selalu sedih dan muruh. Meskipun mereka hidup dengan baik, mereka merasa tidak bahagia. Mereka masing-masing mengejar sesuatu atau merindukan yang lain.
Pada suatu hari, saat Samuel, Timothy, dan Xander kembali dari hutan membawa seikat kayu, mereka melihat seorang wanita tua yang kurus dengan membawa karung di punggungnya.
Karena mereka baik hati dan penyayang, tiga bersaudara itu segera mendekati wanita malang itu dan menawarkan untuk membawa karung itu sampai ke rumahnya.
Wanita tua itu tersenyum dan mengungkapkan rasa terima kasihnya, sambil mengatakan bahwa karung itu benar-benar berisi apel yang ia kumpulkan di hutan.
Samuel, Timothy dan Xander bergantian membawa karungnya, dan akhirnya sampai di rumah wanita itu, mereka sangat lelah.
Ternyata, wanita tua bukanlah orang biasa dan ia memiliki kekuatan magis. Dengan senang hati wanita itu bertanya pada mereka apa yang bisa dibantunya, sebagai hadiah.
“Kami tidak bahagia,” jawab Samuel.
Wanita tua itu bertanya apa yang membuat mereka tidak bahagia. Setiap orang dari mereka mengatakan hal yang berbeda yang membuat mereka bahagia.
"Rumah mewah dengan banyak pelayan, akan membuatku bahagia. Tidak ada lagi yang saya inginkan," kata Samuel. "Pertanian besar dengan panenan banyak, akan membuat saya bahagia. Dengan begitu saya bisa menjadi kaya tanpa harus khawatir," kata Timothy. "Istri yang cantik akan membuat saya bahagia. Setiap hari, setelah kembali ke rumah, wajahnya yang manis akan menerangi saya dan membuat saya melupakan penderitaan saya, "kata Xander.
"Tidak apa-apa," kata wanita tua itu, "Jika hal-hal itu akan memberi kalian kebahagiaan, kalian pantas mendapatkannya karena telah membantu orang miskin dan tidak berdaya seperti saya. Pulanglah, dan masing-masing akan menemukan apa yang kalian harapkan."
Tiga orang bersaudara itu tidak tahu kekuatan wanita tersebut. Meskipun demikian, mereka pamit dan kembali k e rumah. Tapi, lihatlah sesampainya mereka di rumah.
Di samping pondok mereka, ada sebuah rumah besar dengan penjaga pintu dan pelayan lainnya menunggu di luar! Mereka menyapa Samuel dan mengajaknya masuk.
Di kejauhan, sebuah ladang pertanian kuning terlihat. Seorang pembajak datang dan mengumumkan bahwa itu adalah milik Timothy. Timothy tersentak.
Tepat pada saat itu, seorang gadis cantik mendekati Xander dan dengan malu-malu mengatakan bahwa dia adalah istrinya.
Ketiga bersaudara itu dengan sukacita menerima peristiwa baru ini. Mereka mengucapkan terima kasih kepada bintang keberuntungan mereka dan menyesuaikan diri dengan gaya hidup barunya. Tahun-tahun berlalu. Kenyataannya, mulai ada perbedaan pada Samuel, Timothy, dan Xander. Samuel sudah bosan memiliki rumah itu. Dia menjadi malas dan tidak mengawasi pelayannya untuk merawat rumah tersebut dengan baik.
Timothy, yang telah membangun rumah yang layak di samping tanah pertaniannya, merasa terbebani untuk membajak ladang dan menabur benih dari waktu ke waktu.
Xander juga, terbiasa dengan istrinya yang cantik dan tidak lagi menemukan kegembiraan dalam menjaga perusahaannya. Singkatnya, semuanya merasa tidak bahagia lagi. Suatu hari, ketiganya bertemu dan memutuskan untuk mengunjungi wanita tua itu di rumahnya.
"Wanita itu memiliki kekuatan magis yang mengubah mimpi menjadi kenyataan. Namun, karena kita tidak lagi bahagia, kita harus pergi dan mencari pertolongannya sekarang. Dialah yang bisa memberi tahu kita rahasia untuk mencapai kebahagiaan, "kata Samuel. Ketika mereka mendatangi wanita tua itu, dia sedang memasak rebusan dalam panci. Menyambutnya, masing-masing dari ketiga bersaudara itu menceritakan bagaimana mereka tidak bahagia lagi.
“Tolong beritahu kami bagaimana kita bisa bahagia lagi," kata Timothy. "Baiklah," jawab wanita tua itu. "Semuanya ada di tangan kalian sendiri. Lihatlah, ketika masing-masing membuat keinginannya dan itu dikabulkan, kalian bahagia. Namun, kebahagiaan tidak pernah bertahan tanpa hal yang sangat penting. Sebelumnya, karena kalian bahagia tapi tidak pernah benar-benar puas, bosan, dan sengsara mengalahkan kalian dan kalian menjadi sedih lagi. Hanya jika kalian belajar untuk merasa puas, maka kalian benar-benar bisa menikmati kebahagiaan.”
Samuel, Timothy dan Xander menyadari kesalahan mereka dan kembali ke rumah. Mereka melihat betapa beruntungnya mereka memiliki sesuatu yang selama ini mereka idamkan.
Samuel merasa bersyukur karena menjadi pemilik sebuah rumah besar dan mulai merawatnya dengan baik. Timothy mulai membajak tanahnya dengan rajin sehingga menghasilkan panen yang baik pada waktunya.
Xander juga belajar menghargai tugas istrinya yang cantik di rumah dan pengabdiannya terhadapnya.
Mengingat bahwa kebahagiaan dan kepuasan itu berdampingan, maka tidak pernah lagi bagi mereka untuk menerima begitu saja. Dan dengan demikian, mereka hidup bahagia selamanya.