Intisari-Online.com - Paska PD II Turki yang kemudian bergabung dengan NATO (1952) kekuatan udaranya terus berkembang dan menjadi kekuatan ketiga terbesar setelah AS dan Inggris.
Pesawat tempur yang dimiliki AU Turki saat itu antara lain T-33A, F-84 F Thunderstreaks, F-100 Super Sabre, F-102 Delta Dagger, dan F-104 Starfighter.
Setelah menahan diri untuk tidak berperang secara tak terduga pada tahun 1974, pasukan Turki yang didukung penuh oleh AU Turki menyerbu dan berhasil menguasai Cyprus Utara sebuah kawasan strategis yang diklaim oleh Yunani sebagai kedaulatannya.
(Baca juga: Jadi Pangkalan Militer AS Terbesar di Timur-Tengah, Kenapa Qatar Justru Dituduh Dukung Teroris?)
Akibat invasi Turki itu, hingga saat ini dua negara yang sama-sama menjadi anggota NATO itu saling bersitegang dan menggelar alat-alat tempurnya.
Salah satu kekuatan yang digelar Turki adalah puluhan jet tempur F-16 yang secara rutin berpatroli di atas laut Aegea. Sementara untuk kekuatan daratnya Turki menyiapkan 4000 tentara dan ratusan tank.
Memasuki tahun 1980 ketika generasi pesawat jet tempur ketiga mulai dioperasikan oleh AS dan Uni Soviet, AU Turki juga tak mau ketinggalan.
Selain membeli ratusan jet tempur generasi ketiga seperti F-16 AU Turki juga melaksanakan reorganisasi serta mengembangkan pabrik pesawat TAI untuk memproduksi F-16 Fighitng Falcon Block 30/40/dan 50.
Berdasar lisensi dari AS, TAI, juga pembuat pesawat F-16 Turki versi lokal.
(Baca juga: Bahan Makanan Mulai Langka di Qatar, Iran dan Turki pun Kirimkan Bantuan)
TAI ternyata tak hanya memproduksi F-16 di dalam negeri namun juga diijinkan oleh AS untuk mengeksportnya.
Paling tidak sebanyak 46 unit F-16 buatan TAI telah dibeli Mesir.
Dengan mendapat lisensi dari Lockheed Martin, Turki menjadi lima besar negara di dunia yang bisa memproduksi F-16 Fighting Falcon sekaligus sanggup memperkuat kekuatan udaranya dengan ratusan F-16.
Selain memiliki ratusan F-16 dan kemampuan meng-upgrade lewat pabrik pesawat TAI, Turki masih menyimpan mempunyai ratusan pesawat tempur keluaran tahun 1965 seperti 200 unit F-5 yang dibeli dari berbagai negara seperti AS, Norwegia, Belanda, Lybia, dan Taiwan.
Turki berminat membeli F-5 dalam jumlah ratusan karena pesawat-pesawat tempur buatan AS bisa di up grade ke teknologi F-16 di pabrik pesawat TuAF.
Sementara sekitar 200 unit F-4 E yang pernah diterima Turki sejak tahun 1974 juga menjalani program up grade dan sanggup dioperasikan di medan tempur modern hingga tahun 2020.
Ratusan F-4 E yang sudah di up grade oleh Turki kemudian dinamai F-4E 2020 Terminator.
Dengan kesiapan pesawat tempur yang maksimal, pada tahun 1995 AU Turki dipercaya oleh PBB untuk menjalani misi tempur Operation Deliberate Force bersama pesawat-pesawat NATO di Bosnia.
Tahun 1999 dua skadron jet tempur F-16 Turki kembali dikirim ke Bosnia lewat operasi tempur bersandi Operation Allied Force hingga tahun 2006.
Pada tahun itu juga pemerintah Turki kembali mengucurkan dana sebesar 150 juta dollar AS untuk memperkuat kekuatan udaranya dengan membeli pesawat-pesawat baru.
Persenjataan dan jet tempur terbaru memang sangat dibutuhkan Turki mengingat pada tahun 1998, militer Cyprus mulai menempatkan rudal antipesawat buatan Soviet, S-300.
Memasuki tahun 2000 Turki makin menggencarkan program modernisasi pesawat tempurnya bekerja sama dengan Lockheed Martin untuk menggarap jet tempur paling mutaklhir F-35 Joint Strike Fighter (JFS).
Investasi Turki untuk turut dalam program pembuatan F-35 sekitar 75 juta dollar AS dan penandatangan program kerja sama yang akan dilanjutkan pemebelian 150 F-35 itu telah dilakukan pada bulan Juli 2002.
Tak hanya fokus pada produksi dan peningkatan jet tempur industri pesawat terbang Turki, Turkish Aerospace Industries, lewat program Phoenix II juga memproduksi heli tempur AS 532 Cougar.
Pada tahun itu pula Turki menandatangani kontrak untuk membeli 4 pesawat peringatan dini senilai 1 milliar dollar AS, Boeing 737-700 Airborne Early Warning & Control. Satu unit Boeing 737 AEW & C dikirim telah dikirim ke Turki pada 4 Juni 2008.
Dengan kekuatan udara yang demikian mutakhir dan terus diperkuat saat ini tidak mengherankan jika AU Turki telah menjadi salah satu yang terkuat di kawasan Eropa dan Timur Tengah.
Turki bahkan berani menghadapi militer Arab Saudi yang juga dikenal yang terkuat di kawasan Timur Tengah.