“Saya termasuk batch pertama yang keluar,” ungkapnya.
Baldi menjelaskan, “Waktu saya join, Merpati itu kan sebuah perusahaan besar. Karena krisis, semuanya jadi slow down. Terbang jarang, up date juga nggak ada. Mau nggak mau kita bengong saja karena terikat kontrak. Makanya kita dikasih kesempatan untuk keluar, itu kan juga mengurangi biaya Merpati.”
Sekarang, ia adalah pilot di Emirates Airlines yang berpusat di Dubai, Uni Emirate Arab. Baldi memiliki double rating untuk menerbangkan pesawat A330 dan A340. “Harusnya tahun lalu saya captaincy A380, tapi harus selesaikan A330 dan A340 dulu,” ungkapnya.
Pesawat A340 rencananya akan phased out dari Emirates pada akhir tahun ini, sedangkan A330 pada Maret 2017. Targetnya memang agak meleset dari awal. Rencana menjadi FO 1,5 tahun, karena kedatangan A380 tertunda, akhirnya menjadi 4,5 tahun. Walaupun akhirnya menjadi captain pesawat A330 dan A340 sejak lima tahun lalu.
Sejak Januari 2007 ia menjadi pilot Emirates. “Di Emirates tak ada sistem pegawai kontrak. Kami masuk menjadi pegawai tetap dan bekerja sampai pensiun,” tutur pilot yang sudah mengantongi 13.000 jam terbang ini.
Ada lima pilot Indonesia, termasuk dirinya, di Emirates. Tidak banyak, seperti juga di Etihad Airways yang sekitar tujuh pilot Indonesia, sementara di Qatar Airways ada sekitar 30 pilot Indonesia.
Baca Juga : Inilah 'Permintaan Terakhir' Pilot Pesawat Lion Air JT 160, Sebelum Dinyatakan Hilang dan Lost Contact
Baldi mengaku betah menjadi pilot Emirates. Alasannya ia ceritakan kepada Reni Rohmawati di sela-sela acara Communication Forum 2016 yang diselenggarakan Tripilar pada akhir Maret lalu di Jakarta.
Kenapa senang bekerja di Emirates?
Saya terbang wide body ke luar negeri. Itu memang keinginan saya sejak mulai jadi pilot. Rumah dikasih. Anak-anak sekolah dibayarin. Gaji lumayan lah.
Sebelumnya bekerja di mana?
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR