Advertorial

Benarkah Stres Dapat Menyebabkan Kita Kehilangan Ingatan?

Adrie Saputra
Mentari DP
Adrie Saputra

Tim Redaksi

Oleh karenanya, Dr. Seshadri mengatakan tidak ada salahnya mulai sekarang kita berusaha untuk menguransi stres.
Oleh karenanya, Dr. Seshadri mengatakan tidak ada salahnya mulai sekarang kita berusaha untuk menguransi stres.

Intisari-Online.com – Setiap orang mempunyai otak.

Otak merupakan salah satu organ tubuh terpenting manusia di samping jantung.

Tidak heran kita harus benar-benar menjaganya.

Namun sebuah penelitian yang diterbitkan pada Rabu (24/10/2018) dalam jurnal Neurology, ada masalah pada otak kita jika kita mengalami stres.

Baca Juga : Janinnya Terancam Virus Zika yang Mematikan, Meghan Markle Lakukan Cara Cerdas Ini Menghindarinya Selama Tur Kerajaan

Masalah apa itu?

Menurut penulis studi Dr. Sudha Seshadri, profesor neurologi di UT Health San Antonio, jika kita menjalani kehidupan dengan stres yang tinggi, Anda kita kehilangan ingatan dan penyusutan otak sebelum usia 50.

"Tingkat kortisol yang lebih tinggi, maka hormon stres kemungkinan bisa mempengaruhi fungsi otak, ukuran otak, dan kinerja pada tes kognitif," kata Dr. Seshadri kepada CNN.

Tidak hanya itu, fungsi otak tersebut bisa terjadi pada orang yang relatif muda jauh sebelum gejala apa pun bisa dilihat.

Oleh karenanya, Dr. Seshadri mengatakan tidak ada salahnya mulai sekarang kita berusaha untuk mengurangi stres.

Apa penyebabnya?

Seperti yang kita tahu bahwa kortisol adalah salah satu hormon stres utama tubuh. Dia dikenal karena perannya dalam naluri kita.

Ketika kita sedang stres dan waspada tinggi, kelenjar adrenal menghasilkan lebih banyak kortisol.

Kemudian horman bekerja untuk mematikan berbagai fungsi tubuh yang mungkin menghalangi jalan hidup.

Setelah stres berlalu, kadar kortisol harus turun, dan sistem tubuh harus kembali normal.

Tetapi jika tombol alarm Anda tetap ditekan, tubuh bekerja terus-menerus.

Inilah yang menyebabkan kecemasan, depresi, penyakit jantung, sakit kepala, kenaikan berat badan, sulit tidur, hingga masalah hilang ingatan dan konsentrasi.

Baca Juga : Fahmi Bo Terserang Stroke: Hati-hati, Kecanduan Main Game Juga Bisa Picu Stroke

Dr. Seshadri menambahkan bahwa otak sangat rentan terhadap berbagai hal. Karena ia membutuhkan semua nutrisi untuk berfungsi optimal.

"Otak adalah organ yang sangat lapar," kata Keith Foley.

"Ia membutuhkan sejumlah besar nutrisi dan oksigen agar tetap sehat dan berfungsi dengan baik."

"Jadi, ketika tubuh membutuhkan sumber daya tersebut untuk mengatasi stres, maka hanya ada lebih sedikit sumber daya yang pergi ke otak."

Stres tinggi terhubung ke kehilangan memori

Ini bukanlah penelitian pertama yang membahasa soal antara stres dan kehilangan memori.

Namun penelitian ini sangat fokus pada stres dan melakukan pemeriksaan pada seluruh area otak. Tidak hanya di area memori otak, yang disebut hippocampus.

Contoh, kata dr, Seshadri, mereka melakukan scan otak MRI ke sekelompok pria dan wanita dengan usia rata-rata 48.

Sekelompok peserta penelitian tersebut dipilih sekitar 2.000 orang dengan syarat tidak memiliki tanda-tanda demensia.

Mereka juga mendapat berbagai tes psikologis untuk mengukur kemampuan berpikir mereka.

Setelah data terkumpul sekitar delapan tahun, maka ditemukan hasil sebagai berikut.

Setelah menyesuaikan data dengan mempertimbangkan usia, jenis kelamin, massa tubuh dan merokok, peneliti menemukan orang-orang dengan tingkat kortisol paling tinggi (stres paling tinggi) mengalami kehilangan memori.

"Jika Anda memiliki kortisol yang lebih tinggi, Anda mungkin stres dan cenderung memiliki lebih banyak kesulitan pada tugas-tugas kognitif,” kata Foley.

Baca Juga : Hasil Pemeriksaan Kesehatan Buruk? Itu Justru Kabar Baik, Ini Penjelasannya

Stres mempengaruhi struktur otak juga

Foley menjelaskan, tingkat kortisol yang tinggi dikaitkan dengan kerusakan lebih pada bagian otak yang memindahkan informasi ke seluruh otak (korona radiata) dan antara dua belahan otak (corpus callosum).

Selain itu, otak orang-orang dengan kadar kortisol yang lebih tinggi memiliki otak yang lebih kecil.

Rata-rata total volume otak pada orang-orang dengan tingkat kortisol yang tinggi adalah 88,5 dari total volume otak,

Sementara sekitar 88,7 pada orang dengan tingkat kortisol yang normal.

Menariknya, efek dari kortisol tinggi pada volume otak tampaknya hanya mempengaruhi wanita, bukan pria.

"Estrogen dapat meningkatkan kortisol," kata Dr. Richard Isaacson, yang mengarahkan Klinik Pencegahan Alzheimer di Weill Cornell Medicine.

"Dan sekitar 40% wanita dalam kelompok kortisol tinggi penelitian itu sedang menjalani penggantian hormon."

Lalu bagaimana mengatasinya?

Dr. Seshadri menyarankan orang-orang mempertimbangkan untuk merubah gaya hidup mereka untuk mengurangi stres.

Contoh, luangkan waktu untuk diri sendiri atau melakukan meditasi.

Baca Juga : Fahmi Bo Terserang Stroke: Meski Sering Dianggap Gulma, Tanaman Liar Krokot Ternyata Ampuh Obati Stroke

Artikel Terkait