Advertorial
Intisari-Online.com - Wabah Bubonic, yang dikenal sebagai Black Death baru-baru ini didiagnosis di Idaho Amerika Serikat melalui seorang anak.
Anak tersebut terkena bubonic plague (penyakit pes) yang banyak mengejutkan para dokter dan otoritas kesehatan.
Bubonic plague adalah salah satu dari tiga jenis wabah yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis.
Penyakit infeksi langka tersebut ditularkan melalui kutu yang terinfeksi, kontak dengan hewan yang digigit oleh kutu dan kontak dengan manusia yang terinfeksi.
Baca Juga : 'Pesan Kematian' Jamal Khashoggi Dikirim Melalui Aplikasi Skype
Anak itu sedang dalam perjalanan ke Oregon dan otoritas kesehatan sedang menyelidiki apakah penyakit itu berasal dari Idaho atau Oregon.
Penyakit itu dikenal sebagai 'Black Death' yang pernah menyebabkan jutaan orang terbunuh di Abad Pertengahansetelah strain mematika tersebut diperkirakan dibawa ke Eropa dengan kapal dagang melalui media tikus.
Delapan orang telah didiagnosis dengan penyakit pes di Oregon sejak 1990.
Tupai-tupai telah diuji untuk mencari jejak penyakit tersebut.
Pada tahun 2015 dan 2016, beberapa tupai diuji positif terkena pes, yang berasal dari Elmore Country, tempat anak yang terinfeksi tinggal.
Namun, Departemen Kesehatan Distrik Idaho Central mengatakan bahwa tidak ada jejak penyakit yang ditemukan pada tupai yang diuji tahun ini.
Gejala wabah terjadi dalam dua sampai enam hari dari paparan, termasuk demam, menggil, sakit kepala dan tubuh menjadi lemah.
Kelenjar getah bening biasanya menjadi bengkak dan membesar di bagian ketiak, selangkangan atau leher.
Meskipun jarang, kasus penyakit pes masih terjadi di seluruh dunia.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan kasus-kasus wabah pada manusia terjadi terutama di Amerika Serikat di dua wilayah ini:
- Nothern New Mexico, Arizona utara, dan Colorado selatan.
- California, Oregon selatan, dan Nevada barat jauh
Wabah epidemi juga terjadi di Asia, Amerika Serikat dan Afrika, tetapi kebanyakan kasus pada manusia setelah tahun 1990 terjadi di Afrika.
Madagaskar memiliki kasus terbanyak setiap tahunnya .
Perkembangan antibiotik telah membantu orang yang terinfeksi untuk bertahan hidup, namun CDC melaporkan bahwa 11 persen kasus wabah berakibat fatal di AS.
Pada tahun 1941, kemungkinan kematian akibat penyakit pes adalah 66 persen.
Di Inggris, bakteri Yersinia pestis yang menyebabkan penyakit ini tidak ditemukan.
Tidak ada vaksinasi untuk penyakit pes.
Sejauh ini pengobatan yang bisa membantu adalah antibiotik, namun diagnosis dini sangat penting untuk mengurangi risiko kematian.
Bagi orang yang tinggal di daerah ditemukannya wabah, mereka perlu membasmi serangga, dan memastikan semua hewan peliharaan bebas dari kutu.
Baca Juga : Demi Kelabui Penyelidikan, Jamal Khashoggi Sempat 'Dihidupkan Kembali' oleh para Pembunuhnya