Intisari-Online.com - Nama pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman terseret dalam pusaran kasus dugaan hilangnya dan terbunuhnya jurnalis Jamal Khashoggi.
Pangeran Mohammed disebut-sebut menjadi otak pemubunuhan sang jurnalis yang kerap menuliskan artikel kritis terhadap kerajaan Arab Saudi.
Sang pewaris takhta kerajaan Arab Saudi ini juga diduga terlibat dalam sebuah kecelakaan janggal yang menewaskan salah satu tersangka pembunuhan Khashoggi.
Seorang konsular Arab Saudi di Turki juga diduga tengah diburu sang pangeran dalam upaya menghilangkan jejak.
Banyak yang percaya bahwa tanpa harus melalui jalur kekuasaan, sanga pangeran dapat melakukan upaya apapun untuk menjauhkan segala tuduhan terhadap dirinya.
Dengan kekayaan mencapai Rp45,6 triliun, banyak orang meyakini tak sulit untuk putra mahkota melakukan berbagai hal.
Lihat saja bagaimana sang pangeran rela menggelontorkan uang lebih dari Rp4 triliun untuk membeli sebuah rumah yang diyakini sebagai rumah termahal di dunia.
Tim investigasi Newyorktimes.com telah berhasil menemukan sebuah bukti pembayaran yang mengungkapkan bahwa kastil besar ini dibeli atas nama Mohammed bin Salman, pewaris takhta dari Raja Salman, Arab Saudi.
Kastil megah ini dijuluki Chateau Louis XIV yang berada di sebuah lahan seluas 57 hektar, di Louveciennes, Perancis.
Lihat penampakannya dari atas:
Rumah mewah serupa istana ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas modern kelas atas dibalik bangunan megah yang berasal dari abad ke-17 itu.
Seluruh fungsi vital dalam rumah ini, seperti air mancur, sound system, lampu-lampu, bahkan pendingin ruangan bisa diatur dari jarak jauh oleh iPhone.
Properti ini juga memiliki gudang anggur yang besar, bioskop dalam rumah, kolam renang di dalam dan di luar ruangan, dua ballroom untuk menggelar pesta maupun rapat besar, sebuah klub malam, dan parit besar yang makin membuat gagah rumah ini.
Baca Juga : Badan-badan Intelijen AS: Otak Pembunuhan Jurnalis Jamal Khashoggi adalah Pangeran Mohammed bin Salman
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR