Advertorial
Intisari-Online.com - Co-founder Microsoft Paul Allen meninggal karena komplikasi limfoma non-Hodgkin pada Senin (15/10) sore.
Allen's Vulcan Inc. mengumumkan bahwa dia meninggal di Seattle pada usia 65 tahun.
Paul Allen adalah tenolog dan filantropis, dia juga berada di antara individu terkaya di dunia.
Pada Senin sore, dia menduduki peringkat ke-44 dalam daftar miliarder Forbes 2018 dengan perkiraan kekayaan bersih mencapai $AS 20 miliar (Rp304 triliun).
Baca Juga : (Foto) Tua-tua Keladi, Hanya dengan Microsoft Paint Nenek Ini Ciptakan Gambar Menakjubkan
Melalui Vulcan, jaringan organisasi filantropi Allen, co-founder Microsoft ini mendukung penelitian dalam bidang kecerdasan buatan dan teknologi perbatasan baru.
Awal bulan ini, Allen memulai pengobatan untuk limfoma non-Hodgkin, jenis kanker yang sama di mana dia dirawat tahun 2009.
Pada tahun 1983, Allen meninggalkan perusahaan yang dia dirikan bersama Bill Gates ketika dia pertama kali didiagnosis dengan penyakit Hodgkin.
Bill Gates, yang mendirikan Microsoft bersama Allen mengatakan bahwa komputasi pribadi tidak akan ada tanpa dia.
Baca Juga : Ini 7 Cara Orang Dulu 'Sembuhkan' LGBT: Gunakan Setrum hingga Wanita
CEO Microsoft saat ini Satya Nadella mengatakan bahwa Allen memberikan kontribusi yang sangat penting kepada Microsoft dan industri teknologi.
Limfoma non-Hodgkin adalah kanker yang berkembang di kelompok sistem limfatik atau getah bening, yaitu pembuluh dan kelenjar yang tersebar di seluruh tubuh yang berfungsi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Pada lomfoma non-Hodgkin, tumor berkembang dari limfosit, sejenis sel darah putih.
GEJALA
Tanda dan gejala limfoma non-Hodgkin mungkin termasuk:
- Kelenjar getah bening yang tidak nyeri dan membengkak di leher, ketiak atau selangkangan
- Nyeri perut atau bengkak
- Nyeri dada, batuk atau kesulitan bernapas
- Keletihan terus-menerus
- Demam
- Berkeringat di malam hari
- Penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas
Baca Juga : Kemarahan Pangeran Philip: 'Jika Pangeran Charles Jadi Raja, Dia Akan Merusak Kerajaan'
PENYEBAB
Dalam banyak kasus, dokter tidak tahu apa yang menyebabkan limfoma non-Hodgkin.
Dalam beberapa kasus, itu karena sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Tapi, itu dimulai ketka tubuh memproduksi terlalu banyak limfosit abnormal, sejenis sel darah putih.
Biasanya, limfosit menjalani siklus hidup yang dapat diprediksi.
Limfosit tua mati dan tubuh menciptakan yang baru untuk menggantikannya.
Pada limfosit non-Hodgkin, limfosit tidak mati, tetapi terus tumbuh dan membelah.
Kelebihan-kelebihan limfosit ini masuk ke kelenjar getah bening, menyebabkan mereka membengkak.
Baca Juga : Wahai Orangtua, Inilah 8 Cara Menurunkan Panas pada Anak Tanpa Obat
FAKTOR RISIKO
Dalam kebanyakan kasus, orang yang didiagnosis dengan limfoma non-Hodgkin tidak memiliki faktor risiko yang jelas.
Banyak orang yang memiliki faktor risiko untuk penyakit ini tidak pernah mengembangkannya.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko limfoma non-Hodgkin meliputi:
- Obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh
Jika seseorang memiliki transplantasi organ, dia lebih rentan karena terapi imunosupresif mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan penyakit baru.
- Infeksi virus dan bakteri tertentu
Infeksi virus dan bakteri tertentu tampaknya meningkatkan risiko limfoma non-Hodgkin.
Virus yang terkait dengan peningkatan risiko limfoma non-Hodgkin termasuk infeksi HIV dan Epstein-Barr.
- Bahan kimia
Bahan kimia tertentu, seperti yang digunakan untuk membunuh serangga dan gulma, dapat meningkatkan risiko terkena limfoma non-Hodgin.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami kemungkunan hubungan antara pestisida dan pengembangan limfoma non-Hodgin.
- Usia yang lebih tua
Lomfoma non-Hodgkin dapat terjadi pada semua usia, tetapi risiko meningkat seiring bertambahkan usia.
Penyakit ini sering terjadi pada orang usia 60 tahun atau lebih.
Baca Juga : ‘Tidur dengan Musuh’: Ketika Wanita-wanita Prancis yang Dijajah Jerman Jatuh ke Pelukan Tentara Nazi