Advertorial
Intisari-Online.com – Jika Anda sering berinternet, mungkin Anda pernah mendapat e-mail tentang sebuah kabar menghebohkan.
Misalnya: Matahari akan bersinar 36 jam, minuman soda yang dicampur permen akan meledak, makan udang bersama vitamin C akan berbahaya, deodoran dapat menyebabkan kanker payudara, tahun 2012 bumi akan kiamat, dsb.
Dalam masyarakat urban, kabar "bohong" semacam itu lazim disebut hoax.
Kabar bisa dikategorikan hoax karena benar-benar tipuan, kurang tepat penyampaiannya, atau masih diragukan kebenarannya.
Baca Juga : Viral Kabar Restoran Vegetarian di Thailand Sajikan Daging Manusia Ternyata HOAX, ini Faktanya
Sifatnya masih belum jelas.
Belum tentu bohong, sejauh belum ada pemyataan dari suatu lembaga yang layak dipercaya.
Di zaman internet, hoax berbentuk kabar atau foto semakin marak.
Tapi sesungguhnya hoax sudah ada sejak ratusan tahun lalu, bentuknya misalnya berupa manipulasi sejarah.
Baca Juga : Berita Hoax Sepanjang Masa: Dari Raja Idrus ke Raja Komputer
Ketika teknologi semakin maju, hoax juga semakin canggih.
Mungkin Anda pernah mendengar perihal: foto monster Loch Ness tahun 1934, foto gadis kecil bersama para peri tahun 1920, atau film seekor kera kaki besar (big foot) tahun 1967.
Internet yang menyebarkan, dia pula yang menjadi sumber penangkalnya.
Karena di internet banyak terdapat situs-situs yang memerangi hoax.
Misalnya Snopes (www.snopes.com), Hoax-Slayer (www.hoaxslayer.com), atau Museum of Hoaxes (www.museumofhoaxes.com/hoax).
Situs-situs itulah benteng terakhir kita untuk mengecek sebuah kebenaran, jika memang Anda malas menelitinya sendiri. [Dari pelbagai sumber/Tj – Intisari Juli 2009]
Baca Juga : Sering Sebar Berita Hoax, Begini Cara Polisi Lacak Pemilik Akun Facebook Palsu