Namun selama itu pula sebagian karyawan yang bertugas berhasil membina hubungan dengan tentara Inggris, dan Gurkha yang berjumlah sekitar 200 orang.
Malah komandannya sempat menanyakan apa saja yang harus dijaga.
Baca Juga : Merah Putih Pernah Disebut Gula Kelapa Pada Masa Kerajaan Mataram, Apa Sebabnya?
“Tuan musti menjaga bendera Merah Putih, jangan sampai ada yang mencuri," kata Abdoeraliim.
Permintaan ini ternyata benar-benar Hilaksanakan. Ketika bendera tersebut hilang, maka tentara Inggris dan Gurkha tersebut berusaha menggerebek rumah di sebelah kantor pos yang ditempati tentara NICA.
Bukan hanya berhasil menemukan kembalis Sang Merah Putih, tentara Inggris juga sukses memaksa tentara NICA untuk meletakkan kembali Sang Saka Merah Putih di tempat semula.
Suasana kerja Kantor Pos Jakarta barulah pulih setelah para karyawan yang semula mengungsi ke pedalaman, pada tanggal 2 Februari 1950 masuk kembali.
Saat itu mereka teringat akan keberadaan bendera Merah Putih yang ditinggalkan selama hampir tiga tahun lamanya.
Baca Juga : Melihat Sejarah Urban Light di Museum LACMA yang Katanya Menginspirasi Love Light di Rabbit Town Bandung
Bendera itu disimpan di dalam lemari oleh mandor kebersihan Ahadi. Ternyata setelah diperiksa, bendera tersebut masih utuh, namun warnanya sudah memudar ditutupi debu tebal.
Para karyawan terheran-heran mengapa bendera dalam lemari yang terletak di ruang yang dijadikan markas tentara Inggris itu tidak diganggu.
Setelah debunya dibersihkan, bendera tersebut dicuci sehingga warnanya yang pudar makin ketara.
Walau demikian, bendera tersebut merupakan kebanggaan karena memiliki nilai sejarah dan riwayat yang unik.
Karena itu, pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-5 pada 17 Agustus 1950 bendera tersebut dengan bangga diarak dalam barisan yang diikuti oleh 2.000 orang karyawan pos.
Dengan langkah yang tegap, mereka berbaris melewati Presiden Soekarno dan Walikota Soewirjo yang berdiri di atas podium Istana Merdeka, disaksikan undangan dan masyarakat ibukota.
Peristiwa itu membawa kesan tersendiri bagi Abdoerahim.
Karena warna benderanya sudah pudar, ia mengungkapkan, kaum opposanten yang benci Merah Putih ada yang mengatakan iring-iringan karyawan pos tersebut disindir merupakan iring-iringan kaum komunis.
Menangkis tudingan itu, Abdoerahim dengan tangkas menjawab: "Aneh, komunis kok benderanya Merah Putih."
Kini, Merah Putih berukuran 188,x 116 cm itu menjadi salah satu koleksi Museum Pos dan Giro di Bandung.
Baca Juga : Hal-hal Ini Tak Boleh Dilakukan Terhadap Bendera Negara atau Anda Bakal Dipidana
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR