"Peran utama wanita dalam roman-roman saya selalu orang yang jujur, manis dan tidak tahu apa-apa. Namun prianya justru sebaliknya.
"Soalnya pria dan wanita memang lain sekali. Sudan jelas bahwa pria bisa berhubungan dengan wanita tanpa ada perasaan apa-apa. Seorang wanita tidak mungkin. Kalau ia berhubungan seks dengan seseorang, ia tidak bisa melakukannya tanpa emosi.
Baca Juga : Persian Brides, Novel Kisah Cinta Yahudi-Arab yang Dilarang Beredar di Israel
Hubungan cinta meninggalkan bekas mendalam di dalam hatinya. Maka dari itu sebaiknya wanita tetap perawan sampai ia menikah."
Ia melihat kepada saya karena wajah saya penuh keheranan. Lalu ia menyatakan bahwa wanita itu bunga dalam pernikahan: "Mereka harus memberi keindahan dan romantik kepada suaminya. Karena itu wanita harus feminin dan harus tetap demikian.
Saya mempunyai contoh yang bagus: Indira Gandhi, teman baik saya. Ia tetap wanita bagaimana pun juga. Saya pernah mengunjunginya padahal saya tahu dia sibuk sekali. Ia bergegas masuk ruangan dan tahukah Anda apa yang pertama dia katakan kepada saya?"
Barbara, maaf, saya tidak mempunyai waktu untuk berganti sari, padahal saya tahu kau tidak suka warna coklat."
Baca Juga : Stephenie Meyer, Penulis Novel Terkenal Twilight yang Membuat Bella Swan Berubah jadi Pria
Lalu apa yang harus dilakukan oleh wanita yang menganggap dirinya buruk. Wanita cantik hidupnya lebih mudah daripada yang buruk? "Saya tidak setuju. Setiap wanita ada segi bagusnya, sesuatu yang menarik.
Waktu saya masih muda misalnya, saya sama sekali tidak cantik. Tetapi ibuku selalu mengatakan: Barbara memang bukan gadis paling cantik tetapi kakinya bagus. Dia bisa berjalan dengan kaki di atas.
Yang membuat wanita menarik ialah apa yang dipancarkan, charmenya. Ditambah lagi wanita yang katanya buruk itu biasanya berusaha untuk memperindah diri. Akibatnya mereka lebih cepat mendapat jodoh dari wanita cantik.
"Juga penting untuk tidak meniru orang. Tetaplah apa adanya. Meniru orang membuat orang tidak pasti dan sekaligus tidak menarik. Selama hidup saya, ya saya ini beginilah, dan saya tidak menyesal."
Baca Juga : Ernest Vincent Wright, Menulis Novel Gadsby dengan Tidak Sekali pun Memakai Huruf E
Masih ada yang ingin ditemui
Bagaimana pendapat Anda mengenai wanita?
"Saya lebih suka pria. Mereka teman yang lebih baik." la tertawa sebentar: "Pacar yang baik. Ditambah lagi mereka lebih cerdas. Dengan pria saya bisa berbicara tentang hal-hal yang ada artinya. Dengan wanita tidak mungkin. Mereka lebih suka berbicara tentang tetek bengek. Tetapi tidak apa-apa.
Wanita memang mempunyai perannya sendiri dan ia harus tetap begitu. Saya sendiri senang bahwa saya seorang wanita. Saya menikmati kalau pria heboh karena saya dan kehilangan kepalanya. Pria bisa memberi perasaan kepada wanita bahwa mereka hebat. Itulah yang juga saya tulis dalam roman-roman saya. Karena itu saya sukses.
Baca Juga : Jangan Terlalu Sering Membaca Novel Romantis!
"Terus terang saya pernah membaca buku saya sendiri selama di rumah sakit. Saya merasa bertambah segar."
Rupanya Barbara lelah setelah percakapan panjang itu.
"Hari ini saya tidak bisa bekerja lagi. Anda mengacaukan jadwal saya. Tetapi tidak apa.” Dengan anjing peking di tangannya ia mengantarkan saya ke pintu depan yang besar.
“Tahu apa yang saya sesalkan,” kata Barbara Cartland waktu saya minta diri. “Bahwa di seluruh dunia tidak ada orang yang menarik lagi. Tokoh-tokoh eksentrik yang pada tahun duapuluh dan tiga puluhan masih banyak di Inggris tidak ada lagi.”
Ia menghela napas panjang. “Sebetulnya masih satu yang ingin saya temui,” ia menambahkan. “Tuhan. Tetapi tiga tahun lagi kami pasti bertemu.” (Libelle 22 Juni 1979)
Baca Juga : Novel Fifty Shades of Grey Picu Cedera karena Penggunaan Sex Toys Melonjak
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR