Advertorial

Sutopo Purwo Nugroho: Tak Lelah Melayani Masyarakat dengan 'Update Bencana' Meski Kanker Stadium 4 Menghinggapinya

Adrie Saputra
Moh. Habib Asyhad
Adrie Saputra
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

Sutopo Purwo Nugroho belum lama ini mengatakan ditengah kesibukan dirinya, dia sebenarnya dalam keadaan menahan rasa sakit.
Sutopo Purwo Nugroho belum lama ini mengatakan ditengah kesibukan dirinya, dia sebenarnya dalam keadaan menahan rasa sakit.

Intisari-Online.com - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho belum lama ini mengatakan ditengah kesibukan dirinya memberikan dan menjelaskan informasi kepada media dalam keadaan menahan rasa sakit.

Melansir dari Kompas.com, Sutopo Purwo Nugroho tengah berjuang melawan penyakit kanker paru-paru stadium empat.

Sutopo Purwo Nugroho divonis mengidap kanker paru-paru pada pertengahan Januari 2018.

Dokter mengatakan, bahwa sel kanker dalam tubuh Sutopo Purwo Nugroho sudah menyebar ke tulang dan kelenjar getah bening.

Baca Juga : Sop Sayur 5 Unsur, Ramuan Herbal dari Surakarta yang Ampuh Tangkal Kanker hingga Batu Ginjal

Dilansir dari akun twitter pribadi @Sutopo_PN, dirinya menceritakan ditengah kesibukannya memberikan informasi terkait bencana, ia harus menahan rasa nyeri pada tulangnya.

Sutopo Purwo Nugroho mengatakan saat ini semua orang menginginkan data dan informasi yang lengkap.

Oleh sebab itu, dirinya tetap memberikan informasi meski harus menahan rasa sakit.

"Pertahanan yang terbaik adalah menyerang. Saat bencana terjadi krisis informasi. Semua orang ingin memperoleh data dan informasi yang komprehensif," tulis Sutopo Purwo Nugroho dalam cuitannya.

"Disitu pentingnya official statement agar masyarakat tenang. Meski menjelaskan ke media sambil menahan sakit nyeri di tulang," sambung dia.

TETAP BEKERJA

Meski menderita kanker paru, Sutopo Purwo Nugroho menyatakan tetap akan bekerja seperti biasa, memberikan informasi kebencanaan.

"Diniatkan ibadah. Saya akan bekerja seperti biasa, melayani wartawan yang akan wawancara," katanya.

Sutopo Purwo Nugroho sempat absen ketika Jakarta sibuk dengan banjir beberapa waktu lalu.

Dia mengaku menyesal karena masyarakat kurang mendapatkan informasi secara cepat dan akurat.

Meski tetap bekerja, Sutopo Purwo Nugroho pun harus berkompromi dengan kondisi fisiknya.

Untuk wawancara misalnya, dia akan memilih dilakukan di kantornya, bukan di studio media massa.

Sutopo pun akan mengurangi intensitas bepergian ke luar kota agar kondisi fisiknya tetap stabil. Pola makan Sutopo Purwo Nugroho pun kini dubah.

Dia mulai mengganti menu makan sehari-hari menjadi kaya sayuran dan minim protein hewani.

Sutopo Purwo Nugroho sejauh ini juga menjajal buah merah, sarang semut, dan aneka pemberian kolega yang peduli dengan dirinya.

"Dokter ketika saya tanyai, selalu mengatakan tidak apa-apa makan semua. Kecuali daging-daging dikurangi. Selama ini bingung terlalu banyak baca soal mana yang boleh atau enggak. Banyak juga dengar dari orang sekitar tentang yang dipantang," tutupnya.

Sutopo juga memberikan cuitan di akun Twitternya:

"Meski kanker paru stadium 4B, saya tetap berusaha melayani media dan masyarakat dengan baik. Untuk rekan penyintas kanker. Jangan patah semangat. Tetap sabar, kerja dan berdoa. Hidup itu bukan panjang-pendeknya usia. Tapi seberapa besar kita dapat membantu orang lain."

BEROBAT HINGGA MALAYSIA

Setelah dinyatakan positif kanker paru-paru, Sutopo Purwo Nugroho menjalani berbagai rangkaian pengobatan.

Tidak hanya di Jakarta, tetapi juga hingga Malaysia.

Dia berangkat ke Malaysia pada 22 Januari 2018 setelah mendengar ada rumah sakit berkualitas yang menjadi rujukan rekannya ketika sakit kanker paru.

"Di Rumah Sakit Mahkota Melaka, saya diperiksa berdasarkan hasil CT Scan di Jakarta. Saya di Jakarta CT Scan pada 16 Januari 2018. Saya dibiopsi," ucap Sutopo Purwo Nugroho.

Di Malaysia, Sutopo Purwo Nugroho menjalani ulang tes sinar X yang hasilnya memang terdapat benjolan di paru-paru.

Biopsi untuk mengambil sampel jaringan kanker paru-paru pun ia dapatkan.

Sampel tersebut dianalisis di Kuala Lumpur. Pihak Rumah Sakit Mahkota Melaka menjanjikan proses tersebut rampung selama dua minggu.

"Hasil lab ini untuk menentukan obatnya apa. Dokter Malaysia minta saya dikemo. Udah mau dikemo harusnya, tapi urung dilaksanakan," tutur Sutopo Purwo Nugroho.

Rencana untuk kemoterapi pada 25 Januari 2018 dibatalkan setelah berdiskusi dengan istri.

Sang istri memintanya mempertimbangkan ulang karena khawatir dampak mual muntah setelah kemoterapi.

Sang istri memintanya berobat di Jakarta karena dari segi pelayanan dan kualitas tidak kalah dengan di Jakarta.

Selain itu, apabila kemoterapi tetap dilakukan di Malaysia, Sutopo Purwo Nugroho harus mengurusi kebutuhan pribadinya sendiri padahal kemoterapi berdampak pada penurunan stamina.

Jarak dan waktu tempuh Malaysia dan Jakarta turut masuk dalam faktor dibatalkannya kemoterapi di Malaysia.

"Tanggal 25 Januari 2018 pagi, saya pulang ke Indonesia. Di Indonesia, awal Februari 2018 saya ke Rumah Sakit Dharmais, yang menjadi rujukan kanker," kata Sutopo Purwo Nugroho.

Di rumah sakit kanker nasional tersebut, Sutopo Purwo Nugroho mendapat tindakan PET-Scan untuk memeriksa organ tubuh hingga ke tulang-tulang.

Dokter memintanya menanti perkembangan pemeriksaan dari Malaysia. Proses analisis EFGR memang butuh waktu lebih dari tiga mingguan, bisa sampai empat minggu.

"Saat ini masih tindakan disinar. Kalau untuk kemoterapi harus atau enggak, masih menunggu hasil EFGR dari Malaysia," ujarnya.

Selain pengobatan medis, Sutopo Purwo Nugroho juga mengambil opsi alternatif yakni pengobatan herbal.

Setiap hari, ia meminum jus racikan sang istri yang terbuat dari aneka rempah dan sayuran.

Jus tersebut biasanya berisi bawang putih hitam, buah naga, wortel, dan campuran rempah lain.

Artikel Terkait