Advertorial
Intisari-Online.com -Program imunisasi MR di Aceh menjadi perbincangan setelah plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah menunda imunisasi karena adanya enzim babi pada vaksin MR yang digunakan.
Sementara Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh (MPU) menyatakan bahwa vaksin MR boleh digunakan.
Seperti diketahui, program imunisasi MR yang bertujuan untuk memutus mata rantai penularan virus campak dan rubella untuk anak usia 9 bulan hingga 15 tahun.
Kekhawatiran muncul di kalangan medis, khususnya dokter anak di Aceh. Sebab, menurut mereka, imunisasi MR tidak sepantasnya ditunda.
Baca Juga : Inilah Cadangan 'Senjata' Indonesia yang Bikin Ekonominya Kalahkan Malaysia
Sejumlah ibu pun akhirnya mulai menuntut agar Nova mencabut aturan penundaan vaksin MR.
Bahkan, kekhawatiran tersebut sampai memunculkan istilah tsunami MR, sebab jika mata rantai penularan virus campak Rubella tidak diputus, diduga korban-korban berikutnya akan bertambah banyak dalam waktu cepat.
Apalagi, data menunjukkan bahwa jika satu anak terkena virus MR, maka virus tersebut dapat ditularkan kepada 12 hingga 18 anak yang berada di rempat yang sama, sebab MR dapat mudah ditularkan melalui pernafasan atau bersin.
Baca Juga : Awalnya Pembantu Artis, Kini Mereka Bintang Terkenal dan Bergelimang Harta
Herd Immunity
Selain dapat melindungi anak yang sudah diimunisasi, vaksinasi juga bisa melindungi anak-anak yang tidak pernah mendapat vaksin sejak bayi.
"Saya juga pernah datang ke sebuah diskusi dengan ibu-ibu antivaksin. Ada seorang ibu yang membawa bayinya untuk dipamerkan kalau keenam anak-anaknya tidak divaksin tapi tetap sehat," kata Prof.dr.Sri Rezeki Hadinegoro Sp.A(K), dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, seperti dilansir darikompas.com.
Sri menjelaskan bahwa hal ini bisa terjadi ketika jumlah anak yang diimunisasi sangat banyak.
Baca Juga : Hasil Analisis Terbaru Kecelakaan Bus di Sukabumi: Ada Orang Lain yang Harus Bertanggung Jawab Selain Sopir
Kondisi ini dikenal dengan istilanherd immunity atau kekebalan komunitas, yaitusituasi dimana sebagian besar masyarakat terlindungi/kebal terhadap penyakit tertentu sehingga menimbulkan dampak tidak langsung (indirect effect) yaitu turut terlindunginya kelompok masyarakat yang bukan merupakan sasaran imunisasi dari penyakit yang bersangkutan.
Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI, Iris Rengganis, SpPD bahkan menyatakan bahwaherd immunitybisa terwujudketika 80 persen dari anggota populasi sudah divaksin.
Dalam situasi ini, sebagian besar anggota populasi akan terhindar dari penularan penyakit 20 persen anggota lainnya.
Dengan kata lain, apabilakelompok yang rentan seperti bayi dan balita terlindungi melalui imunisasi, maka penularan penyakit di masyarakat pun akan terkendali.
Selanjutnya kelompok usia yang lebih dewasa pun ikut terlindungi karena transmisi penyakit yang rendah.
Kondiisi inihanya bisa terjadi jikacakupan imunisasinya tinggi dan merata.
Jika di suatu daerah hanya sedikit, atau bahkan tidak ada anak yang diimunisasi, maka penyakit akan mudah menyebar.
Berikut ini dua ilustrasi bagaimanaherd immunitybekerja:
Baca Juga : Untuk Menyelundupkan Obat-obatan Terlarang, Raja Kokain Pablo Escobar Bayar Pilotnya Rp7 Miliar Sekali Jalan