Advertorial
Intisari-Online.com -Bagi warga sekitar Keraton Kasunanan Surakarta, kerbau bule Kiai Slamet beserta turunannya, adalah klangenan sekaligus benda pusaka.
Maka jangan heran, ketika Bagong, salah satu keturunan Kiai Slamet, mati ditikam orang, masyarakat sekitarnya pun dibuat bersedih.
Bagong mati pada pertengahan Oktober 2014 lalu, tak lama sebelum kirab Satu Sura.
Ada luka di bagian lambung Bagong akibat tertusuk benda tajam.
Kabarnya, Bagong mati di Taman Seruni, Solo Baru, Sukoharjo, karena ulah orang yang tidak bertanggung jawab. Waktu itu Bagong sedang mencari makan.
Namun di sekitar lokasi itu tidak ditemukan benda apa pun yang kemungkinan dapat digunakan untuk menusuk.
Luka akibat tusukan mengakibatkan infeksi pada tubuhnya.
Baca Juga : Kerbau Bule Kiai Slamet yang Diarak di Malam 1 Suro, Kotoran dan Kutunya pun Diburu karena Dianggap Sakti
"Kerbau-kerbau ini memang kerap dilepas untuk berjalan-jalan, dan saat berada di Solo Baru, ditombak oleh orang tidak bertanggung jawab, menggunakan tombak besi berkarat," ujar Satryo saat ditemui di Sitinggil Alun-alun Kidul, Selasa (4/11/2014) kepada Kompas.com.
Setelah ditemukan dalam keadaan tewas, Bagong langsung dibawa dari Solo Baru menuju Sitinggil Alun-alun Kidul Keraton Surakarta.
Bagong meninggal pada usia 65 tahun dan meninggalkan sembilan kerbau keturunan Kyai Slamet lainnya.
"Usia dapat dilihat dari garis di tanduknya. Satu garis menandakan lima tahun usianya, dan Kyai Bodong ini merupakan kerbau yang memiliki bodi besar dan gagah," kata Satryo.
Setelah diketahui kerbau bule Keraton Kasunanan Surakarta mati, para abdidalem memakamkan jasad Bagong dibantu para warga.
Bagong dimakamkan secara khusus, maksudnya adalah dengan cara dibungkus kafan serta mendapat penghormatan khusus sebagai hewan kesayangan raja dinasti Mataram secara turun-temurun.
Kematian Bagong tak ayal membuat Sukir sangat sedih.
Laki-laki yang berprofesi sebagai srati (abdi dalem khusus merawat kerbau bule) itu mengaku sudah mendapatkan firasat sebelum kematian Kiai Bagong.
Baca Juga : Ronggowarsito, Pujangga Kraton Surakarta yang Ramalkan Datangnya 'Zaman Edan', Kapan Itu Terjadi?
Sebelum meninggal, Sukir mengaku perilaku Kiai Bagong mendadak berbeda.
Kerbau ini sering memisahkan diri dari kawanan lainnya dan tidak lagi menuruti saat disuruh Sukir.
"Saya merasakan memang agak beda, biasanya nurut, dan sering menyendiri," kata Sukir kepada sejumlah wartawan, Rabu (5/11/2014).
Tepat pukul 19.00 pada Selasa malam, Kiai Bagong mati dan segera dikuburkan di area Alun-alun Kidul Keraton Surakarta.
Menurut keterangan pihak Keraton Kasunanan Surakarta, Kiai Bagong sempat ditusuk di bagian perut bagian kiri dan pangkal kaki bagian kanan.
Luka sedalam lebih kurang 10 sentimeter tersebut diduga menjadi penyebab kematian kerbau bule tersebut.
“Ya, Kiai Bagong memang sedang masa penyembuhan setelah ditusuk oleh orang tak dikenal di daerah Grogol. Keraton sudah mengundang tim dokter untuk melakukan operasi dan mengambil mata tombak di tubuh Kiai Bagong," kata Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Surakata, Kanjeng Pangeran Winarno, saat dihubungi melalu telepon.
Berita kematian salah satu ikon masyarakat Solo saat malam 1 Suro tersebut membuat banyak warga menyempatkan diri untuk melihat kuburan Kiai Bagong.
Baca Juga : Kisah Nyata Misi Super Rahasia, Anggota Kopassus Diberondong Peluru Teman Sendiri
Salah satu warga Solo, Kusuma, menyayangkan ada oknum yang mencederai salah satu aset Keraton Solo.
"Sayang, kok ada yang tega menusuk kebo bule, wong enggak salah apa-apa. Itu kan bisa jadi tontonan unik, Mas," katanya kepada Kompas.com.
Lepas dari itu, pihak Keraton sudah merelakan kepergian Kiai Bagong dan tidak berniat melaporkan ke pihak berwajib terkait aksi penusukan tersebut.