Advertorial
Intisari-Online.com – Masyarakat Brasil hampir dalam segala hal berlainan dari negara-negara Amerika Latin yang lain.
Perbedaan paling menyolok ialah bahasa Portugis yang merupakan bahasa sehari-hari dan bahasa nasional.
Negara-negara Amerika Latin lain menggunakan bahasa Spanyol.
Ini menyebabkan Brasil agak terasing dari tetangganya.
Ditambah lagi denganhalangan alami seperti pegunungan dan hutan rimba, kecuali dibagian selatannya.
Ada lagi perbedaan-perbedaan yang lebih penting.
Ketika bekas jajahan Spanyol di Amerika Selatan memutuskan hubungan dengan si penjajah, mereka lalu berdiri sendiri-sendiri, seperti Afrika pada abad ke-20 ini.
Dan lahirlah negara-negara seperti Venezuela, Argentina, Uruguay, Kolombia, Peru, Bolivia, dan sebagainya.
Baca juga:Dengan 63.880 Angka Pembunuhan, Brasil Jadi Negara 'Pembunuh' Terbesar di Dunia
Akan tetapi Brasil bersatu seperti negara federasi Amerika Serikat, menjadi sebuah negara yang luas dan mempunjai 70 juta jiwa kini.
Bekas jajahan Spanyol baru merdeka setelah mengalami perang kemerdekaan yang berdarah melawan Spanyol.
Akan tetapi Brasil menjadi merdeka berdasarkan tindakan gubernur jenderal Portugis.
Negara yang luas ini (dari utara keselatan, dan dari barat ketimur jauhnja lebih dari 1500 km) tak lupa pada jasa bekas budak Negro yang menyumbang begitu banyak pada kebudayaan Brasil.
Baca juga: Kisah Penduduk Desa Araras di Brasil, Jika Terkena Sinar Matahari Wajah Mereka Jadi ‘Rusak’
Universitas Bahia (Brasil Timur) merupakan universitas satu-sarunya di Amerika Latin yang mempunyai jurusan yang menjelidiki masalah-masalah Afrika (School of African Studies).
Brasil pun merupakan negara Amerika satu-satunya dimana penduduk kulit hitamnyamasih mempunyai hubungan surat-menyurat dan hubungan lain dengan famili mereka di Afrika.
Perhatian dunia tertarik oleh Brasil sesaat, oleh karena bulan yang lampau terjadi perubahan Presiden lagi. Presiden yang lama (Goulart) disingkirkan dan penggantinya ialah Presiden Mazzili.
Bekas Presiden itu berasai dari negara-bagian Rio Grande do Sul. Disana terdapat banyak orang Negro yang berbahasa Jerman.
Ini tidak pemah dirasakan sebagai keberatan oleh negara-bagian itu, maupun oleh pemerintah pusat, yaitu selama mereka disekolah mempelajari bahasa Portugis.
Kota besar, Sao Paulo yang mempunyai banyak gedung pencakar langit, penduduknya terdiri atas pendatang (imigran) dari seluruh dunia, dari Italia sampai Jepang.
Pendatang itu telah diasimilir dan hidup rukun.
Dalam Perang Duma II Brasil merupakan negara Amerika Latin satu-satunya yang sangat mematuhi perjanjiannya denganAmerika Serikat.
Mereka mengirim kesatuan-kesatuan angkatan darat dan udaranya ke Italia, berperang dipihak Sekutu, sedangkan angkatan lautnya turut meronda di Atlantik Selatan.
Sesudah perang Brasil (kecuali Colombia yang mengirim pasukan ke Korea) merupakan negara Amerika Selatan satu-satunya yang membantu Perserikatan Bangsa-bangsa dengan tentaranya, di Israel-Mesir (Gaza) maupun di Cyprus.
Baca juga: Kisah Pria Terakhir dari Suku Asli Amazon Brasil yang Hidup Sendirian Selama 22 Tahun
Maka Amerika Serikat yang senantiasa menganggap Brasil sebagai kawannya yang wajar, agak terkejut dengan munculnya Goulart sebagai presiden taliun 1961. la condong ke kiri.
Masalah pokok dari Brasil, ialah bahwa disatu pihak ia mengalami revolusi industri dan teknologi, sedangkan susunan masyarakatnya masih tetap seperti dalam tahun 1889, ketika monarki dijatuhkan.
Bahkan sejak 1889 ketidakseimbangan sosial, tidak meratanya kemakmuran (yang miskin banyak, dan hampir seluruh kekayaan terletak ditangan sedikit orang) makin menghebat.
Keadaan sosial ini sangat mengkhawatirkan golongan menengah yang terjepit antara yang terlampau kaya dan yang terlampau miskin itu. Apalagi lebih dari 50% dari penduduknya masih buta huruf.
Baca juga: Kisah Satu Keluarga di Brasil yang Hidup Rukun Bersama 7 Harimau di Rumahnya