la menyarankan kepada rekannya, agar lain kali kalau pergi jauh ke luar kota, sebaiknya tepat di hari Pemilu.
Syaratnya, harus dengan kendaraan pribadi (kendaraan umum nyaris tak ada yang beroperasi), membawa bekal supaya tak perlu mampir ke warung (yang belum tentu buka) untuk makan.
Rezeki suara dan cemoohan
Tingkat melek politik masyarakat memang berbeda-beda. Cara orang berpartisipasi dalam Pemilu pun tidak sama. Di sebuah TPS di Pulo Geulis, Kodya Bogor, muncul cerita yang persis plek dengan anekdot yang beredar luas sebelum Pemilu.
"Pokoknya nanti coblos gambar yang biasanya ya, Mak," kata seorang anak kepada ibunya selagi menunggu giliran.
"Ya, deh," jawab si Emak.
Waktu pencoblosan pun tiba. Sekeluar si Emak dari bilik suara, anaknya langsung menyambut.
"Nomor berapa yang Emak coblos?".
"Nomor dua."
"Hah?! Itu mah bukan partai yang biasanya."
"Tapi dari dulu Emak selalu nyoblos nomor dua."
Rupanya, wanita itu buta huruf sekaligus buta politik, tidak tahu kalau Pemilu sekarang diikuti 48 partai. Gara-gara dia, Partai Krisna, yang dalam Pemilu kali ini bertanda gambar nomor dua, mendapat rezeki tambahan suara.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR