Intisari-Online.com – Lord Bertrand Russel, filsuf Inggris pada bulan November 1957 mengirimkan surat terbuka kepada PM Nikita S. Kruschev dan Presiden Eisenhower.
Surat terbuka itu dimuat dalam majalah New Statesman. Keadaan dunia pada waktu itu genting. Kegentingan itu disebabkan oleh bentroknya ideologi Declaration of Independence dari Thomas Jefferson dan Manifesto Komunis dari Karl Marx.
(Baca juga: Hari Lahir Pancasila: Inilah Sejarah Garuda Menjadi Lambang Negara dan Berhak ‘Menyandang’ Perisai Pancasila?)
Bertrand Russel membagi dunia menjadi dua yang saling berlomba meluaskan pengaruh dengan ancaman-ancaman perang nuklir yang mengerikan.
Lord Bertrand Russel menganjurkan kepada kedua negarawan itu agar belajar hidup berdampingan secara damai dan menjauhkan penggunaan kekerasan dalam menyebarkan ideologi Thomas Jefferson serta Karl Marx.
Surat itu dijawab oleh P.M. Kruschev dan oleh Presiden Eisenhower melalui almarhum Menlu John Forter Duller. Jawaban kedua negarawan itu berikut tanggapan Lord Russel dimuat dalam New Statesman.
Surat filsuf Inggris itu menjadi salah satu sebab mengapa Presiden Soekarno atas nama bangsa Indonesia melontarkan ideologi Pancasila ke pergaulan internasional “Pardon me Lord Russel”.
(Baca juga: Bung Karno: Di Atas Kelima Dasar Itulah Kita Mendirikan Negara Indonesia, Kekal dan Abadi!)
Kata beliau di depan sidang umum PBB pada tanggal 30 September 1960, “Maafkan Lord Russel, akan tetapi saya kira tuan melupakan suatu. Saya kira tuan melupakan adanya lebih dari seribu juta rakyat, rakyat Asia dan Afrika dan mungkin pula rakyat-rakyat Amerika Latin, yang tidak menganut ajaran Manifesto Komunis ataupun Declaration of Independence.”
Sebulan sebelumnya dalam amanat Jakarta 17 Agustus 1960, Presiden Soekarno sudah menjelaskan hubungan Pancasila, Declaration of Independence, dan Manifesto Komunis.
Declaration of Independence lahir pada tahun 1776, Manifesto Komunis pada tahun 1848, Pancasila pada tanggal 1 Juni 1945.
Dalam pidato itu Presiden berkata, “Pancasila adalah lebih memenuhi kebutuhan manusia, lebih menyelamatkan manusia daripada Declaration of Independence-nya Amerika atau Manifesto Komunis. Pancasila adalah suatu pengangkatan ke taraf yang lebih tinggi suatu hogere optrekking daripada Declaration of Independence dan Manifesto Komunis.”
Apa yang ditulis dalam Declaration dan apa yang ditulis dalam Manifesto Komunis?
Declaration of Independence menuntut “life, liberty, and the pursuit of happiness”, yaitu “hak hidup, hak kebebasan, dan hak mengejar kebahagiaan bagi semua manusia”. Padahal pursuit of happiness (pengejaran kebahagiaan) belum berarti reality of happiness (kenyataan kebahagiaan).
Dan Manifesto Komunis menulis bahwa jikalau kaum proletar di seluruh dunia bersatu padu dan menghancurkan kapitalisme, mereka takkan kehilangan barang lain daripada rantai belenggunya sendiri dan sebaliknya akan memperoleh satu dunia yang baru.
(Baca juga: Lima Butir Pancasila yang Kita Kenal Kini Ternyata Lahir di Bawah Pohon Sukun)
Kita bangsa Indonesia melihat bahwa Declaration of Independence itu tidak mengandung keadilan sosial atau sosialisme dan kita melihat bahwa Manifesto Komunis itu masih harus di sublimir (dipertinggi jiwanya) dengan Ke-Tuhanan yang Maha Esa.
Hampir dua ratus tahun yang, Declaration of Independence itu dicetuskan oleh penanya Thomas Jefferson.
Hampir seratus tahun yang lalu, Manifesto Komunis dicetuskan oleh genialiteitnya Karl Marx dan Friedrich Engels. Kedua-duanya adalah amat berharga bagi pembebasan nasional di zaman itu atau pembebasan progresif bagi zamannya masing-masing.
Kedua-duanya adalah amat berharga bagi pembebasan nasional di zaman itu atau pembebasan proletar di zaman itu.
Tetapi kita sekarang sudah berada di bagian kedua dari abad ke-20. Dengan Declaration of Independence saja dan Manifesto Komunis saja, maka kenyataannya sekarang ialah, bahwa dunia manusia sekarang terpecah belah menjadi dua blok yang intai-mengintai satu sama lain.
“Lir angkasa kang hangemu dahana” sebagai juga digambarkan oleh Bertrand Russel tempo hari.
Karena itulah maka kita bangsa Indonesia merasa bangga mempunyai Pancasila dan menganjurkan Pancasila itu kepada semua bangsa.
Pancasila adalah satu dasar yang universal, satu dasar yang dapat dipakai semua bangsa, satu dasar yang menjamin kesejahteraan dunia, perdamaian dunia, persaudaraan dunia. Pancasila tidak salah lagi, adalah satu hogere optekking daripada Declaration of Independence dan Manifesto Komunis.
Dan Manifesto Politik Republik Indonesia dan USDEK adalah refleksi daripada Pancasila itu, sehingga benarlah konklusi Dewan Pertimbangan Agung, bahwa Revolusi Indonesia bukanlah revolusi borjuis model tahun 1789 di Prancis dan bukan pula revolusi proletar model tahun 1917 di Rusia.
Revolusi Indonesia adalah satu Revolusi yang dasar dan tujuannya “konggruen dengan Social Consejence of Man”, konggruen dengan Budi Nurani Manusia.
(Dari Resapkan dan Amalkan Pancasila, kumpulan buah pikiran Dr. H. Roeslan Abdulgani, diterbitkan oleh Yayasan Prapanca Jakarta, seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juni 1964)