Advertorial
Intisari-Online.com -Salah satu hal yang paling disorot dalam closing ceremony Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang tadi malam (2/9) adalah penampilan Super Junior (SuJu).
Dalam acara yang berlangsung spektakuler itu, boyband asal Korea Selatan itu membawakan tiga lagu: Sorry Sorry, Mr Simple, Bonaman.
Tak hanya SuJu, boyband Korea lainnya iKon juga turut meramaikan acara yang digelar di Stadiun Utama Gelora Bung Karno itu.
Lebih dari itu, popularitas boyband Korea Selatan (kita biasa menyebutnya sebagai K-Pop) tak dapat diragukan lagu. Soal bagaimana budaya populer ini berkembang begitu pesat, jurnalis Intisari Tika Anggreni Purba, memberi penjelasannya kepada kita semua.
Baca juga:Super Junior Ternyata Doyan Banget Nasi Goreng dan Mie Goreng Indonesia
***
Dari sebuah persaingan ketat dan latihan yang berat, para idola ini dilahirkan. Industri hiburan yang gemerlap kemudian membuat mereka menjad bintang, sekaligus sumber pundi-pundi kekayaan perusahaan.
--------------------
Anda tidak perlu menjadi penggemar Korean Pop (K-Pop) untuk memahami betapa musik dan hiburan Korea Selatan menjadi raksasa industri di negaranya.
Karena faktanya, industri hiburan negeri itu mampu menghasilkan triliunan dolar AS setiap tahun melalui karya-karya kreatifnya.
Khususnya dari penyanyi grup pria (boy group) dan penyanyi grup perempuan (girl group) atau biasa kita kenal dengan boyband dan girlband.
Gelombang K-Pop memang lebih banyak menjangkau kaum remaja dan pemuda, meski tak sedikit pula penggemar dewasa. Paduan lagu dan tarian menjadi konsep utama yang mengena di hati para penggemar.
Walau ada negara lain yang memiliki konsep serupa, misal Bollywood dari India, K-Pop seolah memiliki sihir magis tersendiri hingga lebih diterima.
Kini gelombang K-Pop semakin terbuka untuk diterima berbagai budaya di dunia.
Target pasar paling besar masih di kawasan Asia, namun lamat-lamat invasinya sudah mencapai Eropa dan Amerika Utara. Penjualan album tak hanya laku di dalam negeri, melainkan juga di pasar internasional.
Baca juga:Bukan dengan Implan, Begini Jurus Memperbesar Payudara ala Artis K-Pop Jeon Hyosung
Meski jika Anda tinggal jauh dari Korea selatan, ongkos kirim produk-produk idola seperti album, official merchandise, aksesoris, dll. jauh lebih mahal dibandingkan harga barangnya.
Namun barang-barang itu tetap laris manis, bahkan menjadi salah satu sumber pendapatan bagi para agensi K-Pop.
Laris manis duit kumpul
Sama seperti industri pada umumnya, K-Pop didukung perusahaan-perusahaan pencetak para idola (idols). Mulai dari persiapan menjadi idola, baik itu penyanyi, penari, aktor, aktris, dll. semua dimulai dari nol.
Talenta dan bakat memang penting, namun bukan yang utama. Sebab kehadiran agensilah sesungguhnya yang melahirkan sosok idola itu.
Di dalam industri, ada produk artinya ada pula pendapatan. Pendapatan agensi ini memang bergantung pada pendapatan artisnya. Jumlahnya juga tidak main-main.
Contoh, seperti dilansir Forbes, kelompok Bigbang, boygroup naungan YG Entertainment menduduki peringkat keempat kategori Highest-Paid Boy Bands Of The Century dengan pendapatan AS$44 juta (sekitar Rp611,2 miliar) pada 2016.
Angka tadi baru berasal dari satu grup. Padahal YG Entertainment juga menaungi idol group lain seperti iKon, Winner, 2NE1, Epik High, dan artis-artis solo lainnya.
Agensi-agensi idola ini juga sukses melantai di bursa saham. Seperti kesuksesan JYP Entertainment, agensi yang menaungi grup sukses seperti 2PM, GOT7, DAY6, MissA, Twice, Straykids, dll.
Per Januari 2018, dengan kesuksesan besar girlgroup Twice , peningkatan sahamnya hingga 22% senilai AS $560 juta (sekitar Rp7 triliun). Tingginya harga saham JYP ini menyalip dua agensi besar lainnya, SM Entertainment dan YG Entertainment.
Penghasilan agensi didapat dari penjualan album, CD, tiket konser, music streaming, official merchandise, iklan, dll. Namun sebenarnya bukan hanya agensi dan para artis yang menangguk laba.
Korea Creative Content Agency mencatat, industri K-Pop menyumbang hampir Rp3,5triliun devisa negara. Pada 2016, berdasar pantauan Telegraph, produk K-Pop terjual seharga AS$ 4,7 miliar (sekitar Rp62,3 triliun) di seluruh dunia.
Tentu salah satu satu penunjang populernya K-Pop juga berkat dukungan platform digital seperti Youtube. Bloomberg mencatat,sejak 2012 angka pengunjung para selebritas Korea meningkat tiga kali lipat.
Grup BTS misalnya, meraih page view lebih tinggi ketimbang Lady Gaga dan Selena Gomez. Contoh paling populer tentu video musik Psy dengan lagu Gangnam Style yang sejak dirilis Juli 2012 telah ditonton 3,1 miliar kali.
Pengakuan operasi plastik
Banyak beredar cerita bagaimana agensi terbesar Korea Selatan, seperti SM Entertainment, YG Entertainment, JYP Entertainment, dan agensi-agensi lainnya memiliki standar sendiri mengenai calon trainee untuk dilatih menjadi idols. Persaingan ketat sudah dimulai sejak tahap audisi sebagaitrainee.
Di K-Pop, seorang idola memang dibentuk dan bukan hanya bermodalkan sensasi dan popularitas. Dia dididik habis-habisan untuk menjadi seorang entertainer yang memenuhi standar seorang bintang.
Standar bukan saja soal talenta bernyanyi dan menari. Soal penampilan juga harus diperhitungkan matang.
Tuntutan agensi dan penggemar di Korea Selatan terhadap kesempurnaan memang cukup tinggi. Itulah sebabnya beberapa di antara idola K-Pop, mengaku terang-terangan diminta operasi plastik.
Meski pada akhirnya semua kembali kepada agensinya. Ada yang memiliki standar tinggi terhadap penampilan, ada pula yang menomorsatukan bakat dan talenta.
Contoh pengakuan itu seperti Kwang Hee dari grup ZE:A yang berterus terang telah melakukan beberapa perbaikan pada wajahnya. Pengakuan ini spontan menuai pujian.
Meski di Korea Selatan operasi plastik dianggap hal yang normal, namun tidak bagi para artis. Banyak selebritas dan agensi yang menutup-nutupi kenyataan dan tetap mengaku kecantikan dan ketampanan mereka natural.
Sekali lagi, tidak semua para idola dinilai hanya dari paras rupawan. Karena faktanya, talenta dan bakat juga menentukan kesuksesan.
Vokalis utama grup INFINITE Sung Kyu misalnya, pernah mengatakan, modal utama bernyanyi tetaplah suara, bukan wajah tampan.
Bakat tetaplah modal. Bakat itu kemudian diasah selama menjadi trainee, hingga jadi bersinar dan layak dicintai penggemar. Agensi tak akan mendebutkan idola yang belum layak jadi bintang.
Itu sebabnya soal kualitas, idola-idola Korea Selatan tidak bisa dipandang remeh. Standar dari agensi begitu ketat agar kualitasnya tidak mengecewakan.
Agensi umumnya membiayai seluruh keperluan trainee sebelum debut. Dengan adanya perjanjian pembagian keuntungan itu, secara tidak langsung idola secara tidak langsung membayar seluruh dana yang diinvestasikan agensi kepadanya.
Inilah sebabnya, kesuksesan idola dianggap akan menentukan kesukesan agensi.
Setelah memenuhi standar, barulah para trainee yang lulus seleksi didebutkan sebagai idola. Mereka umumnya tergabung dalam grup terdiri atas 4-13 orang.
Kelak, ketika nama grup sudah melambung dan populer, masing-masing anggota dapat melakukan aktivitas individu sesuai dengan bakat dan arahan agensi. Namun ingat, penghasilan mereka juga masih harus dibagi lagi dengan agensi.
Kecepatan seorang idola menjadi tenar akan menentukan kapan utang masa trainee berakhir. Jika sukses, setahun-dua tahun debut akan langsung balik modal.
Namun jikalau gagal, agensi harus bersiap-siap menghadapi kebangkrutan, mengingat ketatnya persaingan yang tak mengenal ampun.
Wajar jika kemudian sistem penggodokan idola banyak menuai pro dan kontra. Penyebabnya, karena para idola diperlakukan seperti robot yang diprogram agensi.
Padahal jikalau tidak diurus oleh agensi profesional, maka standar idola yang tinggi akan sulit dicapai. Begitulah dilematisnya.
Sampai gangguan mental
Bertahun-tahun bisnis K-Pop membahagiakan hati penggemarnya dengan image positif dan ceria. Setiap kali muncul di hadapan publik, maka selebritas akan menjaga sikap sebaik mungkin.
Reputasi dilindungi agensi dengan aturan-aturan dari agensi. Intinya K-Pop dipresentasikan dengan konsep nyaris sempurna.
Lagu-lagu bagus, koreografi yang memukau, sikap terpuji para idola, dan image positif dikemas begitu apik oleh agensi.
Kondisi itulah yang membuat kita akan sulit menemukan celah untuk mengkritik K-Pop. Ditambah lagi, kompetisi antar-idola membuat mereka berlomba menjadi yang terbaik.
Besarnya intervensi agensi terhadap kehidupan pribadi mempengaruhi segalanya. Bukan hanya image idola pada publik, namun pada selebritas itu sendiri.
Karena itulah agensi sangat berhati-hati agar idola asuhan mereka tidak terlibat kontroversi dan skandal. Terutama, soal asmara dan pelanggaran hukum.
Sebab warganet setempat tak akan memberi ampun jika idola kedapatan memiliki skandal. Pertaruhannya adalah karier sang idola.
Salah satu image positif itu terlihat ketika para artis akan membungkuk 90˚ saat berhadapan dengan senior atau orang yang lebih tua, apalagi di depan kamera.
Agensi akan mendidik mereka untuk bersikap super sopan dan mempertahankan kelakuan baik. Maklum, warganet Korea Selatan sangat kritis terhadap perilaku idola.
Tak jarang, hanya gara-gara persoalan kontroversi sepele, para idola itu harus meminta maaf di depan umum.
Idola yang tengah di puncak sukses tidak mengenal berhenti bekerja. Mereka wajib ikut semua jadwal berdasarkan kontrak. Kelelahan sudah pasti, tidak cukup tidur terjadi setiap hari. Belum lagi harus membagi waktu untuk latihan, persiapan konser, dan jadwal-jadwal lain.
Saat promosi album misalnya, mereka setidaknya harus tampil dalam program musik lima kali seminggu. Muncul pula di berbagai media untuk promosi.
Jika anggota grup memiliki proyek pribadi, maka beban kerjanya semakin bertambah. Karena itu biasanya grup idola tinggal bersama dalam satu asrama untuk memudahkan aktivitas mereka.
Dalam berbagai kesempatan di televisi, para idola kadang mengaku tentang tidur mereka yang kurang dari tiga jam sehari.
Tak ada waktu beristirahat apalagi bersantai. Beberapa kali tertangkap kamera, idola-idola muda pingsan ketika di panggung, mengalami cedera, bahkan ada yang tertidur saat siaran langsung di televisi.
Kontrak kerja yang terjadi di industri ini juga agak berbeda karena jangka waktu yang sangat lama, antara 7-15 tahun. Selama waktu tersebut, idola harus melakukan segala hal sesuai kesepakatan kontrak.
Tak heran sebelum keluar dari SM Entertainment, beberapa anggota grup fenomenal TVXQ pernah menggungat lantaran kontrak kerjayang sangat panjang dan gaji yang rendah. Hasilnya, mereka memenangi gugatan tersebut di pengadilan.
Sayangnya, tak semua idola tahan banting terhadap pola industri ini. Beberapa kisah harus berakhir dengan sakitnya idola, bahkan sampai gangguan mental.
Persoalan ini juga terkait dengan tingginya angka bunuh diri di Korea Selatan. Dan idola terkenal yang bergelimang harta, dicintai banyak orang, dan sukses di dunia pun tak terluput dari perkara ini. Kematian vokalis utama grup SHINee pada Desember 2017, membuktikan hal itu.
Di usia masih sangat muda, para idola mengemban pekerjaan yang berat. Kerja keras, perjuangan, dan mimpi-mimpi mereka sangat menginspirasi, namun melihat tingginya tuntutan dan besarnya tekanan kerja mau tidak mau kita prihatin juga.