Advertorial

21 Tahun Kematian Putri Diana: Di Akhir Hidupnya Ia Menemukan Kebahagiaan karena Cinta Dodi Al Fayed

K. Tatik Wardayati
Ade Sulaeman

Tim Redaksi

Perkawinan Putri Diana di tahun 1981 yang bak dongeng, akan dikenang sebagai perkawinan penuh drama di abad ke-20.
Perkawinan Putri Diana di tahun 1981 yang bak dongeng, akan dikenang sebagai perkawinan penuh drama di abad ke-20.

Intisari-Online.com – Dua puluh satu tahun yang lalu, tepatnya 31 Agustus 1997, Putri Diana meninggal dunia karena kecelakaan di Paris.

Berikut ini tulisan Lily Wibisono yang diambil dari Majalah Intisari edisi September 2017, yang terjadi setelah pernikahannya, kemudian perceraiannya, hingga akhirnya terjadi kecelakaan di Paris tersebut.

Pada 20 November 1995, Televisi BBC menayangkan “Panorama Special”, wawancara dengan Diana yang dilakukan oleh Martin Bashir.

Melalui BBC World acara itu disiarkan ke seluruh dunia (wawancara itu belakangan memperoleh penghargaan “Wawancara Terbaik tahun 1995” oleh Royal Television Society -London).

Baca juga: 21 Tahun Kematian Putri Diana: Saat Dokter yang Menangani Kecelakaan Sang Putri Akhirnya Buka Suara

Di sana Diana membeberkan penderitaannya dalam keluarga. Bahwa perkawinan mereka terlalu “crowded” karena di dalamnya hadir ada tiga orang. Bahwa kalaupun ia tidak menjadi ratu Inggris, cita-citanya adalah menjadi ratu di hati banyak orang.

Sebastian Ketley dari situs Express, dalam “Why did Princess Diana Divorce Prince Charles? Why the Royal Marriage was doomed to fail” (10/08/2017) mengutip sebuah rekaman kontroversial yang ditayangkan oleh Channel 4.

Rekaman tersebut dibuat oleh Peter Settelen, pelatih suara Diana. Dalam rekaman yang dibuat antara akhir 1992 dan pertengahan 1993 itu, Diana mengklaim bahwa Pangeran Philip (ayah Pangeran Charles) menasihati Charles, untuk memberi waktu lima tahun bagi perkawinannya.

Jika gagal, kembali saja kepada Camilla.

Baca juga: Putri Diana Gagal di Kelas, Bersinar dalam Pelayanan dan Olahraga

Dengan berjalannya waktu, makin nyata bila cinta sejati Charles adalah Camilla. Ketika Diana menggugat soal Camilla, Charles menyahut, “Saya tidak mau menjadi satu-satunya Prince of Wales yang tidak pernah memiliki wanita lain.”

Ketika Diana melaporkan hal itu kepada Ratu untuk minta pendapat, sang ratu hanya menjawab, “Saya tak tahu apa yang harus kauperbuat. Charles is hopeless.”

Diana sendiri sempat dihubung-hubungkan dengan beberapa pria lain, tetapi yang diakuinya terus terang hanya hubungan selama lima tahun dengan James Hewitt.

Hal itu berlangsung sebagai “kompensasi”nya melihat Charles menjalin kembali hubungan dengan Camilla.

Baca juga: 7 Fakta Menarik Tentang Putri Diana, Salah Satunya 150 Kali Jadi Sampul Majalah

Menurut Ken Wharf, perwira pengawal pribadi Diana, dalam buku memoirnya, Diana sangat sakit hati ketika orang menuduh Harry adalah anak Hewitt.

Jelas-jelas Harry sudah berusia dua tahun ketika ia berkenalan dengan Hewitt.

Penghormatan dari para pemimpin dunia

Yang tidak terhindarkan akhirnya terjadi juga. Perceraian Charles dan Diana terjadi pada 28 Agustus 1996.

Baca juga: Mengapa Cincin Pertunangan Putri Diana Dianggap Begitu Kontroversial?

Diana tetap menyandang panggilan Princess of Wales. Namun, karena bukan anggota keluarga kerajaan lagi, ia tak lagi boleh menyandang sebutan HRH - Her Royal Highness.

William yang sejak kecil sering menyodorkan kertas tisu lewat bawah pintu bila ibunya menangis di kamar mandi menghiburnya, “Don’t worry Mummy, I will give it back to you when I am a king.

Perkawinan akbar yang dulu disebut-sebut sebagai “perkawinan abad ini” akan dikenang sebagai “perkawinan paling penuh drama di abad ke-20”.

Seorang gadis remaja yang tak lulus SMA, tanpa teladan kasih sayang orangtua, tergulung oleh nasib menjadi istri seorang pria yang dua belas tahun lebih tua, calon raja pula.

Baca juga: Ini Alasan Pelayan Pangeran Charles Minta Berhenti, Bukan Karena Bertengkar dengan Putri Diana Lho!

Dengan modal akademik dan pengalaman kehangatan keluarga yang minim, Diana jatuh bangun mencoba memahami apa yang ia alami sambil mencari jati-diri.

Orang berharap Cinderalla ini akan hidup bahagia selamanya. Sayang kehidupan tak pernah seindah dongeng.

Tewasnya Diana dalam kecelakaan di Place de l’Alma, Paris, pada 31 Agustus 1997, hanya setahun setelah ia berstatus “bebas”, menutup rangkaian “kisah dongeng Putri Diana”.

Perempuan yang baru berusia 36 tahun itu tewas bersama pacarnya, Dodi Al Fayed.

Baca juga: Jarang ke Dapur, Banyak Anggota Kerajaan Lupa Letak Dapur, Lain Ceritanya dengan Putri Diana

Menurut Jennie Bond, reporter BBC untuk istana, pada masa menjelang kematiannya, Diana sudah berdamai dengan kenyataan tentang Camilla dan Charles.

Demikian pula menurut Lady Bowker, salah seorang sahabat Diana, “Diana bercerita .... dulu ia mengira akan mampu merebut Charles kembali karena merasa lebih muda dan cantik. ....

Namun akhirnya ia bisa menerima kenyataan. ... Pada saat bahagia, orang lebih mudah mengampuni.

(Di akhir hidupnya) ia menemukan kebahagiaan karena cinta Dodi Al Fayed ....” (Sumber: Diana, 1961-1997, Intisari dan berbagai publikasi)

Baca juga: Ratu Elizabeth II Melotot Ketika Putri Diana Memilih Cincin Pertunangannya dengan Pangeran Charles

Artikel Terkait